Republika Gelar ESG Now Awards 2025, Tegaskan Keberlanjutan Sebagai Kebutuhan Bersama

4 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam menghadapi krisis iklim, tantangan sosial, dan tuntutan tata kelola yang semakin kompleks, penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini bukan lagi menjadi pilihan, melainkan kebutuhan. Menjawab tantangan tersebut, Republika menggelar ESG Now Awards 2025, ajang penghargaan yang mengapresiasi praktik ESG terbaik dari perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Acara penganugerahan yang berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (16/10/2025), dihadiri para pelaku industri, pembuat kebijakan, dan tokoh masyarakat yang berkomitmen mendorong perubahan nyata menuju keberlanjutan.

Pemimpin Redaksi Republika, Andi Muhyiddin, menjelaskan bahwa penyelenggaraan ESG Now Awards 2025 didorong oleh kebutuhan untuk mengubah paradigma bisnis di tengah tantangan global yang semakin nyata. “Penerapan ESG bukan sebuah pilihan, tetapi kebutuhan. Melalui ESG Now Awards 2025, kami mengapresiasi praktik ESG yang tidak hanya kuat secara strategi, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Ajang ini mendorong kolaborasi lintas sektor agar keberlanjutan tidak berhenti pada wacana, tetapi benar-benar dirasakan oleh publik,” kata Andi yang akrab disapa Dio dalam sambutannya.

Tahun ini, ESG Now Awards mengusung pendekatan baru dengan menyoroti peran masyarakat lokal atau local warriors dalam keberhasilan program ESG. Penilaian tidak lagi hanya berfokus pada strategi korporasi, tetapi juga sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan program. Republika menggandeng Surveyor Indonesia sebagai enrichment partner dalam proses penilaian.

“ESG bukan hanya agenda korporasi, tetapi gerakan bersama. Perusahaan dan masyarakat harus menjadi mitra sejati dalam menciptakan perubahan,” kata Dio.

Dalam sambutannya, Dio juga menyinggung kondisi pesisir Mayangan di Subang, Jawa Barat, yang kini sebagian wilayahnya hilang ditelan air laut akibat krisis iklim. Ia menggambarkan bagaimana warga setempat kehilangan lahan tambak, pohon kelapa, hingga rumah-rumah yang perlahan terendam air asin.

“Kisah Mayangan ini bukan cerita tunggal, ia adalah wajah nyata dari krisis iklim yang sedang kita hadapi. Banjir, kekeringan, udara kotor, hilangnya pesisir, semua itu adalah peringatan bahwa waktu kita semakin sempit. Karena itu, keberlanjutan bukan lagi pilihan moral, tetapi kebutuhan bersama agar bumi tetap bisa kita huni,” ujarnya.

Menurut Dio, tidak ada satu pihak pun yang bisa berjalan sendiri menghadapi tantangan global tersebut. Pemerintah, dunia usaha, dan media harus bersinergi untuk menciptakan solusi keberlanjutan yang nyata.

“Melalui ESG Now, Republika ingin berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dua dunia yang kadang berjalan sendiri-sendiri—korporasi dan masyarakat,” tegasnya.

“Kami ingin menegaskan bahwa ESG bukan sekadar laporan tahunan atau target emisi, tetapi tentang manusia dan komunitas yang merasakan dampak,” katanya menambahkan.

Menutup sambutannya, Dio mengajak semua pihak untuk meneladani local warriors—para pejuang di akar rumput yang mencintai bumi dengan kerja nyata.

“Mereka yang mencintai bumi dengan tangan kotor, namun dengan hati yang bersih. Karena keberlanjutan sejati itu lahir dari lapangan, dari desa, dari semangat yang luas,” pungkasnya.

Read Entire Article
Food |