REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kuil Sulaiman adalah sebuah masjid besar yang dibangun oleh Sulaiman alaihissalam untuk menyembah Tuhan di Yerusalem sekitar tahun 960 Sebelum Masehi.
Abdul Wahab al-Masiri, dalam Mausu’at al-Yahud, menjelaskan Kaisar Romawi Titus menghancurkan Kuil Sulaiman pada tahun 70 Masehi dan menganiaya orang-orang Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi terpaksa meninggalkan Palestina dan bermigrasi ke Arab.
Mereka menetap di Madinah karena mereka tahu dari kitab-kitab mereka bahwa waktunya semakin dekat bagi seorang nabi untuk muncul di Arab, dan mereka berharap nabi ini berasal dari bangsa Israel, dan dia termasuk salah satu dari mereka: Orang-orang Yahudi dari Bani al-Nadir, Bani Quraiza, dan Bani Qainuqaa.
Orang-orang Yahudi menyebut halaman Masjid Al-Aqsa sebagai Temple Mount, mengacu pada Bait Suci Nabi Sulaiman. Orang Yahudi mengklaim bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun di atas reruntuhan Kuil Sulaiman, dan itulah sebabnya mereka berusaha menghancurkannya.
Benarkah klaim yahudi tersebut? Klaim tak berdasar itu terbantahkan dengan argumentasi sederhana yaitu:
Pertama, Masjid Al-Aqsa dibangun ratusan tahun sebelum Kuil Sulaiman, jadi bagaimana mungkin Kuil Sulaiman ada di bawahnya?
Kedua, jika Kuil Sulaiman ada setelah penaklukan Yerusalem oleh kaum Muslimin pada tahun 15 H oleh Khalifah Umar bin Khattab, semoga Allah meridhoi beliau, maka beliau akan melestarikannya, sebagaimana beliau juga melestarikan gereja-gereja Kristen dan kuil-kuil Yahudi yang ada di Yerusalem.
BACA JUGA: Ayat Terakhir yang Dibaca Umar Bin Khattab dan Tangisan para Sahabat Iringi Kematiannya
Ketiga, penggalian yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di bawah Masjid Al-Aqsa, setelah pendudukan mereka di Yerusalem pada 1967, membuktikan secara meyakinkan bahwa tidak ada jejak Kuil Sulaiman di bawah Masjid Al-Aqsa.
Lantas mengapa mereka menangis di dinding ratapan? Ahmad asy-Syaqiri dalam Ma’arik al-‘Arab menjelaskan Tembok di Masjid Al-Aqsa yang panjangnya sekitar lima puluh meter dan tingginya sekitar dua puluh meter, di mana orang-orang Yahudi berdiri menangisi kehancuran Bait Suci dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantu mereka membangun Bait Suci Salomo kembali, dan orang-orang Yahudi menganggap Tembok Ratapan sebagai peninggalan Bait Suci Salomo yang masih ada.