REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Gedung Sarekat Islam yang berlokasi di Kampung Gendong Utara, Sarirejo, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), dalam kondisi memprihatinkan. Meski sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Semarang pada 2014, perawatan fisik bangunan belum memadai.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon, didampingi Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, mengunjungi Gedung Sarekat Islam pada Jumat (19/12/2025). Mereka hendak memeriksa langsung kondisi gedung bersejarah yang luasnya sekitar 1.000 meter persegi tersebut.
Berdasarkan pantauan Republika, kondisi interior maupun eksterior dari Gedung Sarekat Islam memang belum memperoleh perawatan yang layak. Langit-langit, yang terbuat dari anyaman bambu, sudah terkoyak di beberapa bagian. Tampak pula bekas aliran air yang mengering; menandakan terdapat rembesan hujan masuk ke dalam bangunan.
Di salah satu sudut, akar pohon asam menerobos struktur bangunan, persis di sebelah bingkai jendela. Hal itu menyebabkan retakan dan merontokkan lapisan luar tembok. Sementara bagian ubin, meski kondisinya lembap, tampak masih cukup terawat.
Kondisi eksterior tak jauh berbeda dengan interior. Tembok bangunan tampak kusam, khususnya di area belakang. Di beberapa titik, terdapat retakan dan lapisan tembok yang sudah terkelupas.
"Jadi gedung ini memang merupakan cagar budaya di tingkat Kota Semarang. Nanti kami tentu di Kementerian Kebudayaan akan berkoordinasi dengan Ibu Wali Kota, dengan pengurus yayasan, dan komunitas yang ada di Semarang, bagaimana kita bisa memperbaiki, merevitalisasi gedung ini, sekaligus juga nanti bagaimana pengembangan dan pemanfaatannya," kata Fadli Zon kepada awak media seusai meninjau kondisi Gedung Sarekat Islam.
Dia mengisyaratkan bahwa pada 2026 kementeriannya akan mengalokasikan anggaran untuk revitalisasi Gedung Sarekat Islam Semarang. "Nanti tahun 2026. Kalau sekarang kan sudah di ujung tahun. Tentu di 2026 akan kita data, jadi mudah-mudahan kalau tidak ada halangan bisa selesai nanti di 2026," ucapnya.
Kendati demikian, Fadli belum bisa memastikan apakah Gedung Sarekat Islam akan dijadikan museum. "Nanti kita bicarakan. Yang jelas ada ruang edukasinya; bisa dipakai mungkin kegiatan seminar, diskusi, pameran foto sejarah, kegiatan sastra, pengajian, terserah. Yang jelas bermanfaat," kata Fadli.
Dia menerangkan, Gedung Sarekat Islam di Semarang memiliki nilai sejarah penting. "Tempat ini menjadi pertemuan banyak tokoh-tokoh bangsa, termasuk tokoh-tokoh bangsa yang datang dari Jakarta, yang berdiskusi, berdialog di gedung ini," ucapnya.
Fadli mengaku sudah empat kali mengunjungi Gedung Sarekat Islam Semarang. "Dulu jalannya malah lebih sempit, kondisinya jauh lebih parah. Ini sekarang sudah lumayan sekali setelah dipugar. Dulu rusak sekali, sudah berjatuhan, bolong-bolong, ambruk," katanya.
Kendati demikian, Fadli mengakui kondisi Gedung Sarekat Islam Semarang saat ini juga belum cukup layak. "Sekarang ternyata ada pohon yang masuk ke dalam tembok, ada bocor genting-gentingnya, dan lain-lain," ujar dia.
Namun, Fadli menilai, 70-80 persen struktur bangunan Gedung Sarekat Islam Semarang masih asli. "Kayu-kayunya itu ada di dalam foto tahun 1920-an masih sama. Mungkin warnanya saja yang berganti atau dicat untuk melindungi. Ciri khas atap juga masih sama, tulisan Sarekat Islam juga di situ masih. Mungkin tegelnya yang relatif baru," ucapnya.
Sementara itu Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti mengungkapkan, Gedung Sarekat Islam ditetapkan sebagai cagar budaya pada 2014. Namun karena gedung dan lahan tersebut bukan milik pemerintah, Pemkot Semarang tidak bisa melakukan perawatan rutin.
"Menurut peraturannya kalau bukan milik pemerintah tidak bisa kita melakukan perawatan. Nanti ke depan, jika ternyata ini mau diambil alih oleh pemerintah pusat, misalnya, baru kami bisa," ucap Agustina.

3 hours ago
1




































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)








