Tren 'Rp10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat' Jadi Potret Kemiskinan dan Ketimpangan?

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Fenomena ‘10 ribu di tangan orang/istri yang tepat’ menjadi tren yang marak belakangan di media sosial. Apakah tren tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Indonesia memang sangat tidak baik-baik saja, atau justru merupakan strategi kreatif dalam menghemat keuangan ‘in this economy’?

Financial Psychologist dari Finante, Dyah Lestari Agustini berpandangan ada dua sisi yang terjadi dalam fenomena itu, yakni secara sosial ekonomi dan psikologis.

“Kalau dari sisi sosial ekonomi memang ada tekanan daya beli akibat inflasi, kenaikan bahan pokok, dan gaya hidup digital yang serba cepat menurut saya. Tapi dari sisi psikologis, tren ini juga menunjukkan kesadaran baru bahwa mengelola uang sekecil apapun jumlahnya tetap akan berarti kok di tangan orang yang tepat. Jadi saya melihatnya, tren ini bukan semata tanda keterpurukan ekonomi tetapi financial mindfulness,” kata Dyah Lestari atau kerap disapa Tari kepada Republika, Senin (6/10/2025).

Tari melihat fenomena tersebut lebih banyak muncul di kalangan generasi Z atau gen Z. Yang mana, generasi tersebut saat ini terlihat mulai terbuka dalam membahas masalah keuangan secara realistis, mampu membanding-bandingkan harga, dan mencari value yang terbaik dari suatu produk. Selain itu juga mulai belajar budjeting dari pengalaman sehari-hari.

“Menurut saya tren ini enggak sekedar humor atau sindiran, tapi lebih membuktikan bahwa sebenarnya literasi keuangan dari gen Z sudah mulai naik.‘10 ribu di tangan orang yang tepat’ bisa jadi semacam simbol literasi keuangan dan disiplin finansial untuk jangka panjang,” ungkapnya.

Lebih dalam, menurut hemat Tari, faktor kondisi melemahnya ekonomi atau daya beli masyarakat-lah yang menjadi pendorong para gen Z untuk menghadirkan ide tren tersebut. Tren itu tidak lain adalah upaya kreatif gen Z dalam menghadapi kondisi ekonomi yang sulit.

“Kita tahu kondisi ekonomi tertekan, tapi kemudian kita adjust terhadap hal itu. Jadi saya melihatnya, itu sebab akibat. Bahwa karena tekanan ekonomi, maka ini membuat orang menjadi lebih kreatif to spending their money. Which is, sebenarnya sesuatu yang bagus,” ujarnya.

Kendati lebih menunjukkan fenomena yang positif, namun Tari juga memberikan catatan. Menurutnya, meski bisa memanfaatkan uang 10 ribu dengan baik, alangkah baiknya bisa meningkatkannya, sehingga taraf hidup menjadi lebih baik.

Warung Madura menjadi pilihan tempat belanja yang diminati masyarakat di tengah menurunya daya beli kelas menengah.

“Tapi memang harus ditingkatkan, dalam artian secara ekonomi kita bisa mencari side hustle. Enggak Cuma bertahan dengan ‘saya punya duit cuma segini, oh ya sudah saya mindful spending deh, hemat-hemat’ tapi habis itu diam saja dan tidak mencoba untuk menambah income," katanya.

Read Entire Article
Food |