Lava pijar keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (25/11/2025) dini hari. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) periode pengamatan 00.00 - 06.00 WIB, gunung itu tercatat mengalami 38 kali gempa letusan, tiga kali gempa guguran, dan tiga kali gempa hembusan, sehingga warga diimbau tidak beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga jarak 20 kilometer dari kawah. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/bar
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia saat ini tidak hanya menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem, tetapi juga risiko bencana geologi yang terus meningkat, terutama dari aktivitas gunung api. Kondisi ini menuntut kesiapsiagaan masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait.
Pemerintah telah mengaktifkan Posko Nasional Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 sebagai langkah antisipasi menghadapi potensi gangguan selama periode libur akhir tahun. Salah satu fokus utama posko tersebut adalah peningkatan kewaspadaan terhadap aktivitas gunung api yang berpotensi berdampak pada jutaan penduduk.
Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, tiga gunung api berstatus Level III atau Siaga, yakni Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, serta Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, sebanyak 24 gunung api lainnya berada pada status Level II atau Waspada.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Priatin Hadi Wijaya menyebut, jumlah penduduk yang bermukim di sekitar gunung api berstatus Level II dan III dapat mencapai sekitar 15 juta jiwa. Angka ini menunjukkan besarnya potensi dampak jika mitigasi dan kesiapsiagaan tidak dijalankan secara optimal.
“Kami berharap tidak ada satu pun korban. Sepanjang tahun ini, tidak ada korban jiwa akibat aktivitas gunung api, dan korban luka hanya tercatat tiga orang di Gunung Semeru,” kata Hadi saat pembukaan Posko Nasional Sektor ESDM, Senin (15/12/2025).
Badan Geologi saat ini mengoperasikan 74 pos pengamatan gunung api dan memantau secara real time 69 gunung api aktif di seluruh Indonesia. Pemantauan diperketat selama periode Natal dan Tahun Baru karena meningkatnya mobilitas masyarakat, termasuk di kawasan rawan bencana.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ahmad Erani menilai tantangan pengamanan akhir tahun kali ini lebih kompleks karena bertepatan dengan puncak musim hujan dan meningkatnya aktivitas vulkanik. Kombinasi faktor tersebut berpotensi memicu bencana ikutan yang dampaknya lebih luas.
“Data dari Badan Geologi menunjukkan adanya kemungkinan tekanan di wilayah lain yang dapat memicu potensi bencana. Ini harus kita waspadai bersama,” kata Ahmad.
Selain erupsi, Badan Geologi mengingatkan potensi bahaya lanjutan seperti awan panas guguran, hujan abu, dan aliran lahar, terutama saat intensitas hujan meningkat. Gunung Semeru menjadi salah satu titik perhatian karena aktivitas erupsi yang dapat memperbesar risiko lahar di daerah aliran sungai.

9 hours ago
4

































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)









