Anindya Ungkap Strategi Indonesia Naik Kelas di Panggung Perdagangan Dunia

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menekankan pentingnya adaptasi cepat dunia usaha dalam menyesuaikan rantai pasok global dan memperluas pasar perdagangan internasional. Hal itu disampaikan Anin dalam sesi panel bertajuk 'New Directions for Global Economy' dalam acara Forbes Global CEO Conference bertajuk The World Pivots di Hotel The St Regis, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

"Hal yang menarik sekaligus mengejutkan adalah betapa cepat para pelaku perdagangan menyesuaikan diri dalam mengalibrasi ulang cara mereka mengatur rantai pasok," ujar Anin.

Anin mencontohkan hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang terus berkembang di tengah upaya kedua negara menyeimbangkan neraca perdagangan. Saat ini, nilai perdagangan kedua negara mencapai sekitar 40 miliar dolar AS dengan surplus sekitar 20 miliar dolar AS di pihak Indonesia.

“Amerika Serikat menyampaikan keinginan agar perdagangan menjadi lebih seimbang, dan kami menyambut hal itu. Tapi untuk mencapainya, perdagangan harus digandakan dari 40 menjadi 80 miliar dolar AS," lanjut Anin.

Anin menyampaikan perubahan itu direspons cepat oleh dunia usaha. Bahkan, hanya dalam waktu satu pekan sebelum dan sesudah Liberation Day di AS, sejumlah asosiasi erdagangan seperti asosiasi gandum, kapas, dan kedelai sudah datang ke Indonesia untuk membuka peluang kerja sama baru.

"Mereka mengatakan, ini bukan lagi just in time, tapi just in case. Mereka ingin memperluas perdagangan, ingin kita membeli lebih banyak," sambung Anin.

Sementara itu, Kadin Indonesia lanjut Anin juga telah mengirim perwakilan ke AS untuk memperkuat ekspor produk-produk unggulan seperti alas kaki, garmen, dan tekstil. Menurut Anin, hal ini menunjukkan bahwa para pelaku perdagangan selalu mampu mencari cara untuk menyeimbangkan perubahan arah ekonomi global.

Anin menegaskan fokus perdagangan Indonesia tidak hanya tertuju pada AS. Dalam dua pekan terakhir, Indonesia telah menandatangani kesepakatan dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

"Kesepakatan ini memang perlu diratifikasi, tetapi pasar yang dijangkau mencapai 450 juta orang dengan nilai ekonomi sekitar 21 triliun dolar AS, bahkan mungkin lebih besar dari Amerika Serikat," ucap Anin.

Selain itu, Anin juga mengungkapkan Indonesia juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kanada (ICA-CEPA). Anin mengatakan Kadin bersama Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Ottawa, Kanada dan menandatangani kesepakatan dengan Kanada.

"Negara ini mungkin hanya memiliki 15 juta penduduk, tetapi jika digabung dengan Uni Eropa, totalnya mencakup setengah miliar orang. Kanada juga menjadi mitra sejajar di sisi lain dunia yang memiliki mineral kritis, energi terbarukan, dan inovasi digital," sambung Anin.

Dalam kesempatan itu, Anin juga menyoroti peran penting Cina dalam mendukung transformasi industri Indonesia. Anin menilai, Cina telah berkontribusi besar dalam mendorong Indonesia dan ASEAN menjadi pusat pemrosesan dan hilirisasi industri, bukan sekadar kawasan manufaktur.

"Sepuluh tahun lalu kita mengekspor bijih nikel mentah dengan nilai sekitar 1 miliar dolar AS. Namun dengan bantuan Cina, kini ekspor produk hilir seperti baja tahan karat mencapai 33 miliar dolar AS," ungkap Anin.

Menurut Anin, perkembangan tersebut menandakan perdagangan global tidak sedang mengalami kemunduran, melainkan sedang menemukan jalur baru. Amin menilai perdagangan dunia bukan sedang mundur, melainkan sedang rerouting atau mengubah arah.

"Bahkan WTO mencatat pada 2024, lebih banyak kesepakatan dagang yang tercapai dibanding hambatan perdagangan. Ini pertanda baik," kata Anin.

Read Entire Article
Food |