Petugas mengatur truk yang membawa bantuan kemanusiaan memasuki perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, Ahad (27/7/2025). Bantuan kemanusiaan mulai memasuki Gaza menyusul diberlakukannya jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hamas pada Ahad (19/10/2025) membantah pernyataan Amerika Serikat yang menuding kelompok perlawanan Palestina itu melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza. Sehari sebelumnya, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengatakan pihaknya telah memberi tahu negara-negara penjamin kesepakatan damai di Gaza tentang pelanggaran yang "akan segera" dilakukan oleh Hamas.
"Hamas menolak tuduhan Deplu AS itu dan dengan tegas membantah klaim tentang adanya ‘serangan yang akan segera terjadi’ atau ‘pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata’,” kata Hamas dalam pernyataannya.
Dalam pernyataannya, Deplu AS juga memperingatkan kemungkinan untuk melakukan langkah-langkah melindungi penduduk di wilayah kantong Palestina itu.
"Amerika Serikat telah memberi tahu negara-negara penjamin perjanjian perdamaian Gaza tentang laporan kredibel yang menunjukkan adanya pelanggaran gencatan senjata yang akan segera dilakukan oleh Hamas terhadap warga Gaza," kata pernyataan itu.
Sebelumnya pada Sabtu, otoritas Gaza menyatakan bahwa Israel telah 47 kali melanggar gencatan senjata, yang menewaskan 38 orang dan melukai 143 lainnya.
Deklarasi gencatan senjata di Gaza ditandatangani pada 13 Oktober oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Hamas diharuskan untuk membebaskan 20 sandera yang masih hidup yang mereka tahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalan, Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina asal Gaza dan 250 tahanan Palestina lain yang ditahan di penjara-penjara Israel.
sumber : ANTARA