Jurus Jitu Disiplinkan Remaja 'Bandel' Ala Psikolog

22 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar psikologi dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, menilai pendekatan kekerasan fisik dalam mendisiplinkan remaja tidak bisa dibenarkan karena justru dapat berdampak negatif terhadap perkembangan mental dan perilaku anak. Hal ini disampaikan Rose menanggapi kasus kepala sekolah yang diduga menampar siswa karena merokok di sekolah.

Menurut Rose, masa remaja adalah fase krusial dalam pencarian identitas diri. Dalam fase ini, remaja kerap bereksperimen dan mencari pengakuan dari lingkungan sosialnya, termasuk melalui perilaku menyimpang seperti merokok.

"Remaja itu sedang berada dalam masa pencarian jati diri. Mereka memang cenderung mencoba hal-hal baru, termasuk perilaku yang dianggap menyimpang seperti merokok. Tapi justru di masa itu, pendekatan disiplin harus berbasis komunikasi, nilai moral dan konsekuensi, bukan hukuman fisik," kata Rose saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (16/10/2025).

Untuk pendisiplinan dengan sistem konsekuensi misalnya, Rose menganjurkan agar aturan dan sanksinya dibicarakan serta disepakati sejak awal. Dengan begitu, anak diharapkan dapat lebih memahami tanggung jawab atas perilakunya, serta menyadari bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.

"Yang terpenting, konsekuensi itu harus dikomunikasikan terlebih dahulu. Anak perlu tahu aturan dan risiko pelanggarannya sejak awal, bukan setelah mereka melanggar," kata dia.

Rose juga menekankan pentingnya sinergi antara sekolah dan keluarga dalam membangun disiplin dan moral remaja. Menurutnya, ketidakkonsistenan nilai antara rumah dan sekolah bisa proses pendisiplinan tidak berjalan optimal.

la mencontohkan, dalam kasus perilaku merokok, peran orang tua sangat penting. Jika orang tua sendiri merokok di rumah, anak bisa saja meniru tanpa memahami dampaknya, meskipun sekolah telah melarangnya.

"Anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Kalau di rumah rokok dianggap biasa, tapi di sekolah dilarang, mereka akan bingung mana yang harus dilkuti. Ini bisa membuat aturan di sekolah tidak lagi dianggap serius," kata dia.

Oleh karena itu, ia menilai pendisiplinan harus menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga, dengan pesan yang konsisten dan keteladanan nyata dari orang dewasa di lingkungan anak. "Saya harap ada kesinambungan antara sekolah dan di rumah pada waktu memasukan aturan atau menerapkan aturan tertentu di kehidupan anak," kata Rose.

Sebagai informasi, Kepala SMAN 1 Cimarga diduga menampar seorang siswa yang merokok di lingkungan sekolah, yang memicu aksi mogok sekolah oleh 630 siswa. Gubernur Banten, Andra Soni, kemudian menonaktifkan kepala sekolah tersebut selama penyelidikan lebih lanjut. Namun kini dikabarkan bahwa pihak sekolah dan keluarga siswa telah mencapai kesepakatan damai.

Read Entire Article
Food |