Kementerian Pertanian mempercepat hilirisasi minyak sawit mentah (CPO) guna memperkuat pasokan bahan baku bagi program energi nasional berbasis biodiesel B50.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kementerian Pertanian mempercepat hilirisasi minyak sawit mentah (CPO) guna memperkuat pasokan bahan baku bagi program energi nasional berbasis biodiesel B50. Upaya ini menjadi langkah strategis dalam mendukung kebijakan pemerintah menghentikan impor solar secara penuh pada 2026 serta memperkuat ketahanan energi nasional berbasis sumber daya domestik.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan energi dan mengurangi ketergantungan terhadap pasar global. Produksi CPO nasional yang mencapai 46 juta ton per tahun dinilai cukup untuk menopang kebutuhan bahan bakar nabati sekaligus menekan impor solar.
“Jika 5,3 juta ton CPO dialihkan untuk B50, kita bisa menghentikan impor solar dan sekaligus menghemat devisa. Kita juga dapat mengendalikan harga CPO dunia karena 60 persen produksinya ada di Indonesia,” ujar Amran di Jakarta, dikutip Jumat (10/10/2025).
Kementerian Pertanian menyampaikan, hilirisasi CPO merupakan bagian dari transformasi besar sektor pertanian menuju ekonomi bernilai tambah. Proses ini dilakukan secara bertahap, mulai dari tandan buah segar menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME) atau biofuel, lalu ke produk turunan seperti minyak goreng, margarin, dan mentega. Setiap tahap diharapkan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar di dalam negeri.
Amran menegaskan, hilirisasi CPO tidak hanya memperkuat kemandirian energi, tetapi juga membuka ruang investasi dan penyerapan tenaga kerja baru di sektor hilir. “Mimpi kita, seluruh bahan baku yang kita ekspor ke seluruh dunia, termasuk CPO, kita hilirisasi. Added value-nya harus ada di Indonesia,” ujar tokoh asal Sulawesi Selatan ini.