Kisah Inggrid Kansil Jadi Mualaf, Hijrah Hingga Dirikan Majelis Taklim

1 week ago 7

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mantan aktris sekaligus politisi, Inggrid Maria Palupi Kansil atau yang lebih dikenal Inggrid Kansil, membagikan kisah perjalanan spiritualnya hingga memutuskan menjadi mualaf dan berhijrah. Tidak hanya menata kehidupan pribadi, hijrahnya juga mengantarkan Inggrid mendirikan Majelis Taklim Al-Fatimah dan membangun organisasi Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPMI) yang kini berkembang hingga mancanegara.

Kisah tersebut ia sampaikan dalam talkshow "Hijrah dan Hikmah Haji: Meraih Ketenteraman Hidup dan Kuat Finansial" di arena Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025, Kemayoran, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Inggrid mengaku memeluk Islam sejak 1999, saat masih berstatus mahasiswi. “Saya dilahirkan waktu itu masih non-Islam. Ketika saya di kuliah saya banyak bergaul, saya melihat kok teman-teman Muslim ini selalu diingatkan lima waktu, selalu diingatkan kepada Allah SWT,” ujar Inggrid.

Di agama yang dipeluknya dulu, Inggrid hanya beribadah sekali dalam seminggu. Sementara, teman-teman Muslimnya saat itu selalu diajarkan untuk selalu mengingat Allah.  

"Waktu dulu saya hanya setiap minggu kalau beribadah. Jadi perbandingan-perbandingan ini yang sedikit menggeser keinginan saya untuk bisa memperdalam agama Islam," ucapnya. 

Namun pada masa awal keislamannya, ia belum sepenuhnya memahami Islam. Baru pada 2013, ia mulai rutin mengikuti kajian Islam. Saat itu, ia hadir dengan penampilan apa adanya, belum berhijab sempurna. Proses hijrahnya ia akui tak instan.

Saat itu ia juga punya persepsi yang salah bahwa orang berjilbab itu fanatik. Tapi setelah ikut kajian, hatinya pun tersentuh. Dari sindiran ustaz yang menohok tapi positif, ia akhirnya mantap berjilbab.

"Sampai akhirnya saya memutuskan berjilbab dan mendirikan Majelis Taklim sendiri," kata Inggrid. 

Inggrid mendirikan Majelis Taklim Al-Fatimah sebagai tempat belajar agama. Dari sana ia juga melihat potensi besar para ibu pengajian yang juga berjualan untuk menopang ekonomi keluarga.

“Setelah pengajian saya memang memberikan kesempatan untuk kaum ibu yang hadir di pengajian saya untuk jualan karena saya tahu di situ ada yang berjuang untuk keluarganya, ada yang sudah janda, yang mencari rejeki yang insyaallah halal untuk menghidupi keluarganya," jelas mantan anggota DPR RI Komisi VIII ini.

Berangkat dari kepedulian itu, pada 2015 ia mendirikan Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPMI), organisasi pemberdayaan perempuan yang memadukan dakwah dan ekonomi.

“Jadi ini adalah salah satu ikhtiar kami untuk bisa menciptakan para entrepreneur-entrepreneur muslimah yang insyaallah bisa sukses,” ujarnya.

Kini, IPMI berkembang pesat. Tidak hanya ada di 36 provinsi dan 360 kabupaten/kota di Indonesia, tetapi juga telah berdiri di 17 negara, seperti Jepang, Malaysia, dan Turki.

Inggrid menegaskan bahwa salah satu tantangan terbesar perempuan untuk memulai usaha bukan hanya modal, melainkan kepercayaan diri. Karena itu, menurutnya, IPMI memberikan pelatihan digital, manajemen usaha, hingga permodalan lewat kerja sama dengan perbankan maupun kementerian.

Kini Inggris juga bersyukur bisa meninggalkan dunia politik praktis dan justru membuka jalan baru dalam dakwah sosial ekonomi.

“Jadi mungkin Allah tidak menghendaki lagi saya untuk terjun di politik praktis sehingga Allah memberikan ruangan yang insya Allah bisa memberikan kemaslahatan yang nyata,” ucap Inggrid.

Read Entire Article
Food |