Resistensi Antibiotik: Saat Bakteri Lebih Cerdas dari Obat

4 hours ago 4

Image Mochammad Alvito Wahyu Saputra

Info Sehat | 2025-10-25 21:33:09

Bayangkan suatu hari, infeksi sederhana seperti luka kecil atau radang tenggorokan tak lagi bisa disembuhkan dengan antibiotik biasa. Pasien harus dirawat lebih lama, biaya pengobatan melonjak, dan dokter kehabisan pilihan obat yang efektif. Kondisi ini bukan sekadar prediksi, melainkan kenyataan yang sudah mulai terjadi akibat resistensi antibiotik, atau yang dikenal juga sebagai resistansi antimikroba.

Apa Itu Resistansi Antimikroba?

Resistansi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) adalah kemampuan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit untuk bertahan hidup meskipun diberi obat yang seharusnya bisa membunuhnya.

Dalam konteks kesehatan manusia, bentuk yang paling sering dibahas adalah resistensi antibiotik, yaitu ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Akibatnya, pengobatan yang biasanya efektif tidak lagi mampu menyembuhkan infeksi.

Menurut World Health Organization (WHO), resistansi antimikroba merupakan ancaman global yang dapat menyebabkan jutaan kematian setiap tahun bila tidak dikendalikan. Fenomena ini bahkan berpotensi membawa dunia kembali ke “era pra-antibiotik”, yaitu masa ketika infeksi ringan pun bisa berujung fatal.

Mengapa Bisa Terjadi?

Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

Banyak masyarakat masih membeli antibiotik secara bebas untuk mengobati penyakit yang sebenarnya disebabkan oleh virus, seperti flu atau pilek.

Penggunaan yang tidak sesuai aturan

Menghentikan obat sebelum waktunya atau menggandakan dosis tanpa petunjuk medis dapat mempercepat terbentuknya bakteri resisten.

Penggunaan antibiotik di peternakan dan perikanan

Antibiotik sering dipakai untuk mempercepat pertumbuhan hewan. Sisa zat ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan.

Kurangnya inovasi antibiotik baru

Dalam dua dekade terakhir, perkembangan obat antibiotik baru jauh lebih lambat dibanding kecepatan mutasi bakteri.

Dampak Nyata di Dunia

Dampak resistansi antibiotik kini semakin terasa. Berdasarkan data The Lancet (2022), sekitar 4,95 juta kematian berhubungan dengan infeksi akibat resistansi antimikroba dan 1,27 juta kematian di dunia secara langsung disebabkan oleh infeksi bakteri resisten obat pada tahun 2019.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Masalah resistensi antibiotik tidak bisa diatasi hanya oleh tenaga medis. Diperlukan kolaborasi semua pihak yaitu pemerintah, akademisi, industri pangan, dan masyarakat umum.

Beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan antara lain:

  • Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter
  • Habiskan antibiotik sesuai petunjuk
  • Jaga kebersihan diri dan lingkungan
  • Dukung program pengawasan antibiotik (Antimicrobial Stewardship)
  • Edukasi orang di sekitar

Antibiotik adalah “senjata” penting dalam dunia medis, tapi jika tidak digunakan dengan bijak, senjata ini bisa tumpul. Resistansi antimikroba adalah masalah bersama yang membutuhkan kolaborasi antara masyarakat, tenaga medis, pemerintah, dan dunia penelitian. Jadi, mulai sekarang, mari gunakan antibiotik dengan cerdas agar tidak ada lagi obat yang tidak mempan, sehingga tingkat kesembuhan infeksi meningkat.

Referensi

Universitas Airlangga Official Website. (2024). Resistensi Antibiotik: Ancaman Nyata bagi Dunia Kesehatan.https://share.google/dfYjoKNPcu6fv00dl

Universitas Airlangga Official Website. (2024). Pentingnya Penggunaan Antibiotik yang Bijak dalam Kehidupan Sehari-hari. https://share.google/rFlWXefaRDAmxhssv

RS Universitas Indonesia. (2023). Resistensi Antimikroba: Ancaman Global yang Perlu Diwaspadai. https://share.google/5tW4uekR1HMPC3bgu

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.Jakarta: Ditjen Yankes.

World Health Organization (2024). Antimicrobial Resistance Fact Sheet.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Food |