Tembak Mati Gamma, Aipda Robig Memohon Hakim Vonis Ringan, Ungkit Kerja Baik Selama 17 Tahun

6 hours ago 2

Anggota Polrestabes Semarang terdakwa kasus penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang, Aipda Robig Zaenudin, menyampaikan nota pembelaan atau pleidoi di persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Selasa (15/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Anggota Polrestabes Semarang terdakwa kasus penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang, Aipda Robig Zaenudin, menyampaikan nota pembelaan atau pleidoi di persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Selasa (15/7/2025). Dalam pleidoinya, Aipda Robig meminta majelis hakim menjatuhkan vonis yang ringan padanya.

Pada pleidoinya, Aipda Robig menyinggung beberapa hal. Salah satunya dia mengeklaim penembakan yang dilakukannya telah sesuai prosedur atau Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian. Hal itu karena sebelum menembak, dia telah meneriakkan kata "polisi" dan melepaskan tembakan peringatan.

Selama 17 tahun menjadi polisi, Aipda Robig pun mengaku tak pernah melakukan pelanggaran disiplin. Sebagai anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, Aipda Robig pun merasa kinerjanya turut berperan dalam melindungi masa depan generasi penerus bangsa. Terkait hal itu, dia mengungkap sejumlah kasus peredaran narkoba yang berhasil ditanganinya.

"Selama saya bertugas, saya telah memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, demi masa depan para generasi muda penerus bangsa," kata Aipda Robig.

Aipda Robig mengungkapkan, sebagai manusia biasa, dia tak luput dari kesalahan. "Namun, sejak awal saya mengabdikan diri sebagai anggota Polri, saya senantiasa berusaha untuk berbuat yang lebih baik dan bermanfaat. Baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pelaksanaan tugas sebagai aparatur negara," ujarnya.

Dia pun sempat menyoroti masifnya pemberitaan terkait kasus penembakannya. Menurutnya, banyak pemberitaan yang tak berimbang dan menyudutkannya. Aipda Robig menyebut, hal itu turut berimbas pada kondisi psikis keluarganya. Ia berpendapat, keluarganya turut menanggung beban sosial dan emosional yang berat.

"Anak-anak saya yang sebelumnya mempunyai rasa kebanggaan memiliki ayah atau bapak seorang anggota polisi seketika runtuh dan berdampak pada psikologisnya yang mengganggu proses belajar dan tumbuh kembangnya di lingkungan sosial maupun pendidikan," kata Aipda Robig.

Read Entire Article
Food |