Antara Senjata Khun Sa dan Kelembutan Srinagarindra-Sirikit: Pembebasan Chiang Rai dari Opium

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah utara Thailand pernah menyimpan masa lalu yang kelam. Warga di sana dipaksa hidup dalam kemalangan. Mereka harus bertani opium, menyayat getah opium, untuk kemudian menjual hasilnya dengan harga murah kepada Khun Sa si penguasa kerajaan Opium di 'Segitiga Emas'.

Ini merupakan wilayah di Asia Tenggara, mencakup sebagian besar pegunungan di utara Myanmar, Laos, dan Thailand, yang terkenal sebagai salah satu pusat produksi dan perdagangan opium terbesar di dunia selama beberapa dekade.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Sebutan "emas" merujuk pada kekayaan besar yang dihasilkan dari perdagangan narkotika ilegal, seperti opium, heroin, dan kini metamfetamin. Kawasan ini menjadi pusat kegiatan narkotika karena kondisi geografisnya yang terpencil dan sulit dijangkau, serta kurangnya kontrol pemerintah yang efektif, terutama di wilayah Myanmar yang dikuasai oleh berbagai kelompok bersenjata. Meskipun upaya penegakan hukum telah dilakukan, kawasan ini masih terus menghadapi masalah produksi narkoba ilegal yang kompleks.

Khun Sa memimpin 'perang' untuk menguasai kerajaan opium dari tahun 1976 hingga 1996, masa kelam dalam sejarah wilayah tersebut. Kekuasaannya tidak didasarkan pada dukungan rakyat, melainkan pada teror yang mencekam. Dengan menggunakan milisi yang brutal, dia mendominasi seluruh rantai perdagangan opium, dari petani yang terpaksa menanam candu hingga pabrik yang memproduksi heroin.

Daerah-daerah di bawah kekuasaannya berubah menjadi sarang kejahatan, dengan Khun Sa duduk di singgasana sebagai penguasa yang tak terbantahkan dan sangat ditakuti.

Pada masa kejayaannya, milisi Khun Sa, yang dikenal sebagai Mong Tai Army (MTA), bukanlah sekadar kelompok bersenjata biasa. Mereka adalah kekuatan militer yang terstruktur dan tangguh, dengan puluhan ribu tentara.

Berkat keuntungan besar dari perdagangan narkotika, mereka memiliki persenjataan yang lebih unggul dibandingkan tentara pemerintah Burma, termasuk senapan standar hingga artileri berat untuk melindungi jalur penyelundupan mereka.

Kehadiran milisi MTA di sebuah desa sering kali berarti datangnya bencana, membawa ketakutan dan kekerasan yang tidak pandang bulu kepada penduduk setempat.

Di bawah cengkeraman rezim Khun Sa, kehidupan sehari-hari masyarakat di Chiang Rai Thailand Utara adalah perjuangan yang diliputi ketakutan. Petani dipaksa untuk menanam opium dan menjual hasilnya dengan harga yang ditentukan oleh milisi, tanpa ada ruang untuk negosiasi atau penolakan.

Siapa pun yang gagal memenuhi kuota atau berani menentang akan menghadapi hukuman yang mengerikan. Hukuman ini sering kali dilakukan di depan umum, dirancang untuk menyebarkan teror dan menjadi peringatan yang mengerikan bagi siapa pun yang berpikir untuk memberontak.

Selain itu, pajak paksa yang memiskinkan diterapkan secara brutal, membuat setiap keluarga terperosok dalam kemiskinan ekstrem dan selalu dihantui oleh ketakutan akan kegagalan membayar. Kerja paksa untuk membangun infrastruktur yang hanya menguntungkan Khun Sa menjadi hal yang lumrah, dan para pekerja diperlakukan seperti budak, dianggap sebagai alat yang bisa dibuang kapan saja tanpa belas kasihan.

Read Entire Article
Food |