Brigade al-Qassam Ungkap Sosok Dibalik Topeng Merah Abu Ubaidah

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Brigade Izzuddin al-Qassam secara resmi mengumumkan kematian juru bicara mereka, Abu Ubaida, pada Senin. Mereka juga mengungkapkan nama aslinya untuk pertama kalinya.

"Kami berduka atas komandan bertopeng Abu Ubaida, yang bernama asli Hudhaifa Samir Abdullah Al-Kahlout (Abu Ibrahim), juru bicara Brigade Al-Qassam," bunyi pernyataan Brigade al-Qassam dilansir Aljazirah Arabia.

Abu Ubaida menjabat sebagai juru bicara Brigade Qassam selama bertahun-tahun tanpa mengungkapkan nama aslinya. Kehadirannya memperoleh momentum yang signifikan di tingkat Arab dan Islam, setelah operasi Banjir Al-Aqsa, yang diluncurkan oleh perlawanan Palestina terhadap basis dan pemukiman pendudukan Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

Abu Ubaida terus menceritakan rincian dan kemajuan operasi militer perlawanan dan menjelaskan posisi di garis depan. Dia hampir setiap hari dinantikan masyarakat Aran dan dunia selama dua tahun terakhir.

“Kami hanya bisa berdiri dalam kekaguman dan rasa hormat di hadapan pemilik posisi ini, yang selalu muncul di hadapan kalian dengan suaranya yang kuat, kata-katanya yang tulus, dan kabar baik yang ditunggu-tunggu. Pria bertopeng yang dicintai jutaan orang dan sangat ditunggu-tunggu kemunculannya, dan di dalamnya mereka melihat inspirasi, dan dalam keffiyeh merahnya merupakan ikon bagi semua orang bebas di dunia.”

Pernyataan tersebut menggambarkan pria bertopeng sebagai suara gemilang bangsa, sosok yang memegang teguh perkataan dan pendirian, denyut nadi Palestina, kota sucinya, rakyatnya dan pejuang perlawanannya, pemimpin media Qassam, dan sosok yang memberikan pengaruh besar di hati putra bangsa.

"Ksatria ini, yang tidak pernah memisahkan diri dari rakyatnya dalam keadaan paling gelap, menyapa mereka dari inti pertempuran, memberi mereka kabar baik, menghibur mereka, dan menepuk punggung mereka meskipun ada bahaya ekstrem dan sasaran berulang kali."

Al-Qassam menjelaskan bahwa syahid Hudhaifa Samir Abdullah Al-Kahlout meninggal dunia setelah dua dekade memprovokasi musuh dan menggembirakan hati orang-orang beriman. “Ia bertemu Allah dalam kondisi terbaik.”

Dalam konteks yang sama, Al-Qassam menekankan bahwa “7 Oktober” adalah “ledakan besar dalam menghadapi ketidakadilan, penindasan, pengepungan dan segala bentuk agresi terhadap Al-Aqsa dan rakyat Palestina. Serangan itu dilakukan karena Israel telah melanggar semua garis merah, mengabaikan semua tuntutan dan peringatan serta mengabaikan semua piagam dan perjanjian. “Topan al-Aqsa  datang untuk memperbaiki arah dan membawa masalah ini kembali ke permukaan setelah mulai memasuki masa terlupakan.

Menurut pernyataan al-Qassam, peristiwa tersebut membangkitkan hati nurani orang-orang bebas di negara dan dunia, dan menguak penjajahan Israel, kesadisannya, kriminalitas dan genosidanya. “Rakyat kami yang hebat, melalui ketabahan, pengorbanan dan ketahanan mereka, menggagalkan semua rencana musuh, mulai dari pengungsian, melewati kamp konsentrasi dan jebakan maut, dan tidak berakhir dengan pemukiman kembali, dan mereka juga menggagalkan semua tujuan perang."

Read Entire Article
Food |