Godaan Manis yang Mematikan

1 week ago 9

Image Faiz Fadhila W.P.

Info Sehat | 2025-10-09 21:08:50

Minuman manis

Di era modern sekarang ini, konsumsi makanan dan minuman manis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat, terutama anak muda. Minuman boba, kopi kekinian, serta camilan tinggi gula seakan menjadi tren yang sulit dihindari. Namun, di balik rasa manis tersebut, tersembunyi ancaman serius yakni meningkatnya risiko diabetes mellitus (DM). Data menunjukkan bahwa diabetes kini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak dan remaja. Lonjakan kasus diabetes pada anak di Indonesia bahkan mencapai peningkatan 70 kali lipat dalam kurun waktu 2010–2023. Fenomena ini menjadikan generasi muda rawan terjebak dalam “jebakan manis” yang dapat berimplikasi panjang bagi kesehatan mereka.

Konsumsi gula berlebih terbukti memiliki hubungan erat dengan penyakit tidak menular, termasuk diabetes. Edukasi masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar masih terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman manis lebih dari satu kali sehari, dengan alasan sederhana yakni memberikan energi instan dan kenikmatan. Padahal, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan batas aman konsumsi gula harian sebesar 50gram atau setara empat sendok makan. Melebihi batas ini berarti meningkatkan risiko obesitas, resistensi insulin, hingga diabetes mellitus.

Bagi remaja, pola konsumsi yang buruk semakin diperparah dengan gaya hidup serba instan dan minim aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua penderita diabetes lebih rentan mengalami obesitas dan memiliki status gizi “sangat gemuk” dibandingkan remaja tanpa riwayat keluarga diabetes. Faktor genetik ini memperbesar risiko, namun perilaku konsumsi makanan tinggi dan rendah serat menjadi pemicu utama yang mempercepat munculnya penyakit. Selain faktor genetik dan pola makan, perkembangan teknologi dan budaya populer turut menyumbang risiko. Fenomena “Foto Selfie” di media sosial membuat anak muda semakin konsumtif terhadap makanan kekinian yang cenderung tinggi gula. Kebiasaan ini jarang diimbangi dengan pemahaman tentang dampak kesehatan jangka panjang. Pengetahuan yang rendah tentang diabetes membuat remaja lebih mudah mengabaikan pentingnya pola hidup sehat.

Risiko diabetes pada remaja juga dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik. Banyak anak muda yang lebih sering duduk di depan layar handphone daripada melakukan aktivitas olahraga. Padahal, aktivitas fisik terbukti dapat menurunkan risiko resistensi insulin dan membantu menjaga berat badan ideal. Tanpa perubahan gaya hidup, generasi muda akan menghadapi ancaman “epidemi diabetes” yang lebih besar di masa depan.

Fenomena “generasi manis” bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan cerminan perubahan pola makan dan perilaku yang membawa risiko serius bagi kesehatan remaja. Konsumsi gula berlebihan, faktor genetik, gaya hidup, hingga pengaruh media sosial menjadi faktor utama yang menjerumuskan anak muda ke dalam risiko diabetes. Oleh karena itu, langkah preventif sangat diperlukan. Edukasi mengenai batas konsumsi gula, promosi pola makan sehat dengan memperbanyak buah dan sayur, serta dorongan untuk aktif berolahraga harus menjadi prioritas. Jika tidak, generasi yang seharusnya produktif bisa justru menjadi generasi yang sakit di usia muda. Melawan manisnya godaan gula adalah investasi penting untuk menciptakan masa depan sehat tanpa diabetes.

Kata Kunci : Diabetes, Gula Manis

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, I. M. 2023. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK). Edukasi tentang Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Manis secara Berlebih bagi Kesehatan , 455-459.

Denov Marine, S. A. 2017. e-journal.unair.ac.id. PERBEDAAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA REMAJA DENGAN ORANG TUA DIABETES MELITUS (DM) DAN NON DM, 179-182.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Food |