Sebi Daily
Ekonomi Syariah | 2025-09-10 08:59:55

Oleh: Nada Rahimahullah_Mahasiswa Institut Agama Islam SEBI.
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi tantangan besar berupa perubahan iklim, kerusakan lingkungan, serta ketimpangan pembangunan. Konsep green economy atau ekonomi hijau muncul sebagai solusi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. Di saat yang sama, bisnis syariah juga terus berkembang pesat, tidak hanya karena meningkatnya jumlah konsumen Muslim, tetapi juga karena prinsipnya yang universal: keadilan, keberkahan, dan keseimbangan. Integrasi kedua konsep ini melahirkan gagasan menarik yang disebut Green Syariah Business.
Prinsip Halal dan Thayyib yang Selaras dengan Ekonomi Hijau
Dalam Islam, konsep halal tidak hanya berbicara tentang boleh atau tidaknya suatu produk. Ada prinsip halal dan thayyib. Halal berarti sesuai syariat, sementara thayyib bermakna baik, bermanfaat, dan tidak menimbulkan mudharat. Prinsip ini sejalan dengan semangat ekonomi hijau yang menekankan keberlanjutan lingkungan, efisiensi energi, serta keadilan sosial.
Sebagai contoh, makanan halal yang diproduksi dengan bahan organik dan menggunakan energi ramah lingkungan, tidak hanya memenuhi aspek syariah, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian alam. Begitu pula dengan bisnis yang menghindari praktik eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya, hal ini sejalan dengan ajaran Islam untuk tidak berlebihan (israf) dan menjaga keseimbangan bumi.
Implementasi Green Syariah Business
1. Industri Makanan dan Minuman Halal
Produsen dapat menerapkan green packaging untuk mengurangi sampah plastik, menggunakan sumber bahan lokal, dan mendukung petani berkelanjutan. Ini menjadikan produk halal lebih ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Keuangan Syariah
Bank dan lembaga keuangan syariah dapat mengarahkan pembiayaan pada proyek-proyek hijau, seperti energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, atau usaha kecil yang mengedepankan prinsip keberlanjutan. Praktik ini menciptakan dampak ganda: keuntungan ekonomi sekaligus maslahat sosial.
3. Industri Fashion Muslim
Tren sustainable fashion kini semakin populer. Brand busana muslim bisa menggunakan bahan ramah lingkungan seperti serat bambu, kapas organik, atau material daur ulang. Dengan begitu, konsumen bukan hanya mendapatkan produk halal, tetapi juga berpartisipasi dalam menjaga bumi.
Relevansi Global
Di tingkat global, tren ESG (Environmental, Social, and Governance) semakin diperhatikan oleh investor. Bisnis yang mampu membuktikan kepeduliannya pada aspek lingkungan dan sosial mendapat nilai tambah di pasar internasional. Ketika prinsip halal dan green economy digabungkan, maka lahir model bisnis yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga memiliki daya tarik universal, baik bagi Muslim maupun non-Muslim.
Green Syariah Business membuktikan bahwa bisnis bukan sekadar mencari keuntungan materi. Lebih dari itu, bisnis juga memikul amanah untuk menjaga alam dan menebarkan keberkahan. Integrasi antara prinsip halal dan ekonomi hijau menciptakan peluang baru untuk membangun masa depan bisnis yang berkelanjutan, adil, dan penuh Rahmat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.