REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Di banyak kampus, ada satu pertanyaan yang sering muncul di tengah obrolan mahasiswa saat jam istirahat. Lebih penting mana antara nilai akademik yang tinggi atau relasi yang luas. Pertanyaan ini seolah sederhana, padahal jawabannya tidak selalu mudah.
Banyak mahasiswa yang berpikir bahwa nilai adalah segalanya. Mereka duduk di barisan depan kelas, mencatat dengan teliti, dan hafal setiap kutipan teori dari dosen. Nilai mereka cemerlang, IPK-nya nyaris sempurna, tapi ketika lulus dan masuk dunia kerja, tak sedikit yang justru kebingungan mencari pintu kesempatan.
Sebaliknya, ada pula mahasiswa yang nilainya pas-pasan. Ia lebih sering nongkrong di sekre, ikut organisasi, atau hadir di seminar hanya karena ingin kenalan baru. Ketika wisuda tiba, mereka mungkin tidak cum laude, tapi punya daftar kontak yang panjang. Saat melamar pekerjaan, selalu ada teman yang membantu membuka jalan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa perjalanan kuliah bukan hanya soal angka di KHS, tetapi juga soal cara menjalin hubungan. Dunia kerja memang menghargai prestasi akademik, namun banyak perusahaan yang menilai pengalaman dan kemampuan beradaptasi sebagai faktor utama.
Mahasiswa perlu memahami hal ini sejak awal kuliah. Kelas adalah tempat melatih logika dan ilmu, sedangkan organisasi dan kegiatan luar kampus adalah ruang untuk membangun jejaring. Seminar, magang, hingga obrolan santai di kantin bisa menjadi titik awal terbentuknya relasi yang berharga di masa depan.
Kepala Kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Cibitung Nicodias Palasara menegaskan keseimbangan antara prestasi dan jaringan adalah kunci penting bagi mahasiswa.
“UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif selalu mendorong mahasiswa untuk tidak hanya berprestasi di bidang akademik, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Dunia kerja menuntut keduanya, karena kemampuan teknis tanpa jaringan sering kali membuat potensi seseorang tidak terlihat,” kata dia.
Masa depan tidak ditentukan oleh satu faktor tunggal. Nilai akademik menunjukkan kemampuan berpikir, sedangkan networking memperluas peluang yang mungkin tidak tertulis di transkrip nilai. Jika keduanya berjalan seimbang, kamu tidak hanya cerdas secara teori, tetapi juga tangguh menghadapi realita.
“Jadi, jangan hanya berlari mengejar IPK atau terlalu larut dalam kegiatan organisasi. Gunakan waktu kuliah untuk menyeimbangkan keduanya. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, aktiflah di luar kelas, dan jalinlah hubungan dengan orang-orang yang bisa menjadi bagian dari perjalananmu. Karena pada akhirnya, kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh apa yang kamu tahu, tetapi juga siapa yang berjalan bersamamu,” kata Nicodias.