Petugas membersihkan reruntuhan bangunan saat proses pencarian korban ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (6/10/2025). Hingga Senin (6/10) pukul 10.00 WIB, DVI Polda Jawa Timur menerima 50 kantong berisi jenazah korban serta 5 kantong berisi body part dan 10 di antaranya telah teridentifikasi serta telah diserahkan ke pihak keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Evakuasi korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, menghadapi tantangan pada hari kedelapan pencarian, Senin (6/10/2025). Plt Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Kapusdalops) BNPB, Kolonel Inf Hery Setiono mengatakan pembersihan terhadap puing-puing bangunan terus dilakukan, namun kompleksitas struktur bangunan lama yang masih terhubung menjadi kendala utama.
Hambatan pembersihan puing-puing muncul saat tim mulai menangani bagian selatan bangunan, yang ternyata konstruksinya menyatu dengan gedung lama. Kendalanya terletak pada sambungan antara puing-puing mushala yang roboh dan gedung lama di sisi selatan yang masih berdiri. Karenanya, proses pembersihan tidak bisa dilakukan secara sembarangan karena risiko robohnya gedung lama cukup tinggi.
"Tidak bisa sembarangan, kenapa? Karena di sektor sebelah kanan ini konstruksinya masih menyambung dengan gedung lama yang sebelah selatan. Jadi kalau rekan-rekan media kalau masuk dari gang yang di belakang kita punya posisi sekarang ini, ketemulah ada bangunan yang berwarna hijau itu. Nah, itu nyambung di belakangnya dengan gedung mushala yang roboh," ungkapnya, Senin (6/10/2025).
Bangunan lama tersebut diketahui sudah dalam kondisi miring, mengindikasikan usia dan kekuatan struktur yang rentan, sehingga pemotongan atau pemindahan material di titik tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu keseimbangan bangunan yang tersambung. "Ketika itu terpatahkan atau sudah roboh ataupun menjadi beberapa potongan, menjadi tidak ada kekuatan bagi bangunan lama yang menyambung pada struktur ini akan menjadi roboh kembali. Ini yang kita harus perhatikan betul sehingga butuh kehati-hatian dan butuh teknik khusus," ujarnya.
Melihat kompleksitas ini, BNPB menggandeng tenaga ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, terutama dari bidang teknik sipil. Hery menyebutkan salah satu dosen ahli struktur bangunan dari ITS, Muji Irmawan, telah dilibatkan langsung di lokasi. "Kita akan menggunakan mekanisme teknis yang khusus dengan didampingi oleh Pak Muji dari ITS ya selaku konsultan dalam penanganan ini untuk khususnya konsultan teknis konstruksi," kata Hery.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan proses pemindahan material tidak memperparah kondisi gedung lama. Apalagi struktur di bagian selatan yang masih menyatu itu tidak memungkinkan untuk ditangani tanpa strategi evakuasi teknis yang presisi.