REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Suasana berbeda terasa di jantung Kota Yogyakarta pada awal Desember ini. Selama dua hari, 1–2 Desember 2025, kawasan Malioboro kembali ditutup total dari kendaraan bermotor dan sepenuhnya menjadi ruang pejalan kaki. Uji coba full pedestrian ini dirangkaikan dengan gelaran budaya Malioboro Culture Vibes bertema 'Feel Good Monday, Feel Jogja' yang menghadirkan hiburan, aktivitas seni, hingga ruang interaksi masyarakat.
Pantauan Republika di lokasi, sejak pagi hingga siang hari, jalur Titik Nol Kilometer hingga ujung Malioboro dipenuhi wisatawan yang leluasa berjalan kaki tanpa gangguan kendaraan. Udara juga terasa lebih teduh. Ragam atraksi seni dan budaya yang disiapkan Pemkot Yogyakarta menambah hidup suasana.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyampaikan uji coba pedestrian menyeluruh ini merupakan langkah penting sebelum penerapan permanen.
"Uji coba ini kan ingin memastikan, bagaimana kalau nantinya dipastikan bahwa Malioboro itu menjadi full pedestrian. Kita harus uji coba terus. Karena di situlah kita jadi tahu, apa yang kurang, apa yang harus dioptimalkan," ujarnya dijumpai di sela-sela acara, Senin (1/12/2025).
Menurutnya, skema ini tidak sekadar mengosongkan Malioboro dari kendaraan, tetapi juga menjadi kesempatan mitigasi dini atas potensi masalah yang mungkin muncul. Melalui Malioboro Culture Vibes, Pemkot ingin menegaskan bahwa kawasan Malioboro terbuka untuk berbagai aktivitas seni budaya dan ekonomi, selama tetap mengikuti aturan yang berlaku.
"Ini refleksi dari Malioboro sendiri, sebagai sebuah ruang yang sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia. Kita ingin refleksi kembali untuk memaknai Malioboro sebagai ruang kita bersama," ungkap dia.
"Pesannya, di Malioboro itu banyak hal yang diperbolehkan, tapi tetap diatur. Aktivitas seni budaya dikelola dengan baik, termasuk aktivitas ekonomi," kata Yetti.
Yetti menjelaskan selama dua hari pelaksanaan, pengunjung dapat menikmati berbagai agenda mulai dari macapat kidung pandonga, senam bersama, talk show “Women Support Women”, hingga fashion show on the street yang menampilkan produk kreatif dari Teras Malioboro dan Pasar Beringharjo.
"Kita ingin memperlihatkan kepada masyarakat dan wisatawan, menunjukkan bagaimana produk-produk yang ada di Malioboro," ungkapnya.
Yetti juga menambahkan bahwa aspek pendukung seperti sarana transportasi tradisional dan transportasi publik masih perlu pembenahan.
"Tentu saja masih banyak hal yang memang kita harus siapkan khususnya berkaitan dengan sarana-prasarananya seperti andong, becak, itu kan juga harus ada titik-titik. Dan juga mungkin kita harus memikirkan bagaimana transportasi publik itu apakah masih kemudian diberlakukan di sini," ujarnya.
GKR Bendara yang turut hadir dalam acara Malioboro Culture Vibes, menilai kegiatan ini penting sebagai ruang dialog serta penguatan informasi kepada publik. Putri bungsu Sultan HB X juga menilai penyusunan agenda perlu dipetakan jauh hari agar mampu menarik lebih banyak wisatawan.
"Kalau ini memang menjadi (upaya juga) mengisi event-event yang ada di Jogja, tentunya harapannya ini bisa dimetakan jauh sebelum penyelenggaraannya," katanya.
Soal potensi menarik wisatawan asing, GKR Bendara menilai perlunya kemasan yang lebih internasional.
"Tentunya harus dibungkus dengan bahasa asing, seperti kegiatan-kegiatan budaya yang bisa memikat mancanegara," ucapnya.
Komentar Wisatawan soal Uji Full Pedestrian Kawasan Malioboro
Wisatawan dan warga yang menikmati uji coba pedestrian juga mengungkapkan antusiasme mereka. Salah satu yang dijumpai Republika, Liya Irawan dari Komunitas Jalan-Jalan Pagi (JJP) mengatakan merasa lebih bebas bergerak.
"Dengan tidak adanya kendaraan yang lewat kita lebih leluasa. Alangkah baiknya kalau dilakukan lagi," ujarnya.
Almaz Azzahra, warga Sleman, juga merasakan suasana Malioboro yang lebih nyaman. Ia berharap konsep ini dapat berlangsung lebih lama.
"Kesannya ini vibes Jogja jadi kerasa banget. Tidak ada berisik kendaraan, rasanya enak saja," katanya.
Komentar senada juga disampaikan oleh Madina, warga Yogyakarta. Ia mengaku menikmati penataan kawasan yang lebih rapi dengan diterapkannya full pedestrian di kawasan Malioboro.
"Jadi tertata rapi, enak buat jalan-jalan, tidak takut ketabrak-tabrak," ucapnya.
Fanya, salah satu wisatawan yang mengaku terkesan juga berharap konsep pedestrian ini dapat menjadi ikon baru Jogja.
"Sangat menyenangkan sekali. Harapannya bisa berlangsung secara rutin biar masyarakat bisa menikmati Malioboro dengan santai. Jadi ikonnya Jogja," ujarnya.
Selama dua hari ini, Malioboro tidak hanya menjadi jalur pedestrian, tetapi juga sebuah panggung besar yang menampilkan denyut budaya kota. Uji coba ini memberi gambaran bagaimana wajah Malioboro ke depan yang lebih ramah pejalan kaki, lebih tertata, dan lebih hidup dengan kegiatan budaya yang mengisi setiap sudutnya.
Rangkaian seni budaya juga akan menemani wisatawan hingga besok. Hari ini, acara dibuka dengan Macapat dari Pamulangan Macapat Kraton Ngayogyakarta tema Kidung Pandonga Ngudi Murih Raharjaning Kota Yogyakarta. Selanjutnya Fashion Show dari berbagai kolaborasi di antaranya PDDJ (Paguyuban Dimas Diajeng Jogja), Inclus FIB Ugm, dan model dari Hamzah Batik. Kemudian dimeriahkan dengan Bincang Santai SHEVolution: Perempuan, Budaya, dan Perubahan. Tak hanya itu ada ngopi bareng dan bagi-bagi kopi gratis.
Berbagai acara seperti senam spesial Korpri dilanjutkan reresik Malioboro bersama, penampilan keroncong Voice of Citizwn, Jathilan, Tari Tradisional, Marching Band, dan malam hari ditutup dengan Senin Malam Mlayu Bareng.

1 hour ago
1
































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)








