Hilangnya Suara Kehidupan di Desa Kota Lintang Bawah Aceh Tamiang

5 hours ago 4

Suasana di Desa Kota Lintang Bawah yang ditinggalkan penghuninya pasca banjir bandang yang melanda Aceh Tamiang di Aceh, Senin (22/12/2025). Hampir satu bulan, riuh suara warga di permukiman pinggir sungai di Desa Kota Lintang Bawah, Aceh Tamiang seketika hilang dan berganti sunyi pascabencana banjir bandang di wilayah tersebut. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Desa Kota Lintang Bawah menjadi salah satu daerah terparah yang terkena banjir bandang. Hampir 80 persen bangunan rumah hilang terbawa arus saat debit air sungai meluap tak terbendung. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Sejauh mata memandang, Desa Lintang Bawah hanya menyisakan hamparan lumpur dan puing-puing bangunan yang hancur akibat amukan air pada akhir November lalu. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Bangunan yang dulunya tempat paling hangat, kini rata dengan tanah, menyisakan fondasi, setengah tembok kamar, ditutupi material kayu bercampur sampah hingga endapan lumpur yang mulai mengering dan berbau menyengat. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Bak desa mati, ribuan warga memilih meninggalkan rumah dan sisa harta bendanya meski dengan langkah yang berat. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Berdasarkan data sementara Pemkab Aceh Tamiang, hingga 20 Desember 2025 rumah hunian warga yang mengalami kerusakan akibat bencana alam banjir atau Hidrometeorologi Siklon Tropis berjumlah 21.611. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Dari jumlah tersebut, rumah yang rusak ringan sebanyak 9.271, rusak sedang sebanyak 5.049 rumah, rusak berat sebanyak 6.311 rumah dan rusak berat atau hanyut mencapai 980 rumah. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Jumlah rumah hunian warga tersebut kemungkinan masih akan terus bertambah sesuai dengan data lapangan. Kerusakan rumah hunian terbagi atas 4 kategori yaitu rusak ringan, rusak sedang, rusak berat dan Rusak berat hilang. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Kehidupan warga Desa Kota Lintang Bawah berpindah ke tenda-tenda darurat, sambil bertahan ditengah ketidakpastian di pengungsian menunggu kabar pulang ke rumah agar denyut desa kembali hidup. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Presiden Prabowo Subianto mengatakan, pemerintah akan mengganti rumah warga yang hanyut atau rusak berat akibat bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November lalu. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH TAMIANG -- Hampir satu bulan, riuh suara warga di permukiman pinggir sungai di Desa Kota Lintang Bawah, Aceh Tamiang seketika hilang dan berganti sunyi  pascabencana banjir bandang di wilayah tersebut.

Kini yang tersisa hanya hamparan lumpur dan puing-puing bangunan yang hancur akibat amukan air pada akhir November lalu.

Desa Kota Lintang Bawah menjadi salah satu daerah terparah yang terkena banjir bandang. Hampir 80 persen bangunan rumah hilang terbawa arus saat debit air sungai meluap tak terbendung.

Bangunan yang dulunya tempat paling hangat, rata dengan tanah, menyisakan fondasi, setengah tembok kamar, ditutupi material kayu bercampur sampah hingga endapan lumpur yang mulai mengering dan berbau menyengat.

Bak desa mati, ribuan warga memilih meninggalkan rumah dan sisa harta bendanya meski dengan langkah yang berat.

Kehidupan berpindah ke tenda-tenda darurat, sambil bertahan ditengah ketidakpastian di pengungsian menunggu kabar pulang ke rumah agar denyut desa kembali hidup.

Berdasarkan data sementara Pemkab Aceh Tamiang, hingga 20 Desember 2025 rumah hunian warga yang mengalami kerusakan akibat bencana alam banjir atau Hidrometeorologi Siklon Tropis berjumlah 21.611.

Dari jumlah tersebut, rumah yang rusak ringan sebanyak 9.271, rusak sedang sebanyak 5.049 rumah, rusak berat sebanyak 6.311 rumah dan rusak berat atau hanyut mencapai 980 rumah.

Jumlah rumah hunian warga tersebut kemungkinan masih akan terus bertambah sesuai dengan data lapangan. Kerusakan rumah hunian terbagi atas 4 kategori yaitu rusak ringan, rusak sedang, rusak berat dan rusak berat hilang.

Presiden Prabowo Subianto mengatakan, pemerintah akan mengganti rumah warga yang hanyut atau rusak berat akibat bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November lalu.

sumber : Republika

Read Entire Article
Food |