REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Iskandar mengimbau agar perayaan malam tahun baru 2026 masehi diisi doa bersama.
Kiai Anwar menjelaskan hal itu dilakukan sebagai bentuk empati dan keprihatinan terhadap saudara-saudara kita yang terkena musibah di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh.
Kiai Anwar menambahkan malam perayaan tahun baru masehi merupakan kebiasaan dengan menyalakan kembang api.
"Nah kalau tujuannya itu untuk agar lebih berhemat tentunya tidak usah, apalagi sekarang bangsa kita sedang prihatin (karena bencana)," kata Kiai Anwar di sela-sela kegiatan Orientasi pengurus MUI periode 2025-2030 di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Rabu (24/12/2025).
Kiai Anwar mengingatkan kepada umat Islam untuk tidak merayakan malam tahun baru dengan berhura-hura, apalagi bermaksiat.
"Ini kita sedang prihatin, banyak musibah, tentu lebih baik berdoa. Kalau toh itu mau hiburan, hiburan yang terukur. Tidak sampai menghambur-hamburkan uang, apalagi pakai APBD dan APBN yang digunakan untuk hal-hal yang berlebihan," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Ahad (28/12/2025).
Kiai Anwar menegaskan doa bersama di malam tahun baru sangat penting dalam rangka memohon kepada Allah SWT untuk diberikan keselamatan bangsa dan negara.
Sementara itu, Kegiatan Orientasi Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2025-2030 semakin sempurna dengan peluncuran buku “50 Tahun Perkhidmatan MUI.” Peluncuran ini dilakukan dengan penyerahan buku secara simbolis kepada Dewan Pimpinan MUI.
Sekretaris Jenderal MUI Buya Amirsyah Tambunan memberikan buku tersebut kepada dua Wakil Ketua Umum MUI yaitu KH Marsudi Syuhud dan Buya Anwar Abbas.
Peluncuran buku ini disaksikan oleh 1.267 Pengurus MUI periode 2025-2030 yang mengikuti kegiatan Orientasi secara hybrid online dan offline di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Rabu (24/12/2025).
Buya Amirsyah yang juga Ketua Steering Committee (SC) Orientasi mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk terwujudnya secara optimal taswiyatul manhaj (menyamakan persepsi) dan tansiqul harokah (menyatukan langkah) bagi pengurus MUI periode 2025-2030.
Sekretaris Jenderal MUI ini menerangkan penyamaan persepsi dan langkah gerak sangat penting agar melahirkan kekompakan dan kebersamaan dalam menjalankan visi dan misi MUI.
"Kegiatan orientasi ini bertujuan untuk taswiyatul manhaj dan tansiqul harokah agar lahir kekompakan dan kebersamaan dalam menjalankan visi dan misi MUI," kata Buya Amirsyah.
Buya Amirsyah menjelaskan kegiatan orientasi ini akan menyampaikan sejumlah materi penting yang terbagi ke dalam 14 sesi. Selain itu, akan ada penyampaian materi pokok, antara lain, wawasan MUI, kode etik, pedoman dasar dan sembilan pokok perkhidmatan MUI.
Buya Amirsyah mengungkapkan salah satu materi pokok yaitu sembilan orientasi perkhidmatan MUI. Dia menjelaskan sembilan orientasi perkhidmatan MUI mencerminkan peran MUI sebagai pembimbing, pendidik, penolong, penjaga kemurnian Islam, serta kontributor perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai Islam yang komperhensif dan independen.
Sementara itu, Sekretaris SC Orientasi, H Rofiqul Umam Ahmad, mengungkapkan Dewan Pimpinan MUI telah melaksanakan tugasnya menyusun kepengurusan Komisi Badan dan Lembaga (KBL) yang merupakan perangkat organisasi MUI.
Dia menjelaskan KBL merupakan unit kerja di MUI yang melaksanakan proker dan kegiatan MUI. "MUI periode 2025-2030 telah ditetapkan ada 28 KBL yang jumlah angotanya bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing tugas pokok dan fungsinya," kata Rofiq, begitu akrab disapa.
Dijelaskan Rofiq, jumlah pengurus MUI periode 2025-2030 disesuaikan dengan agenda umat yang perlu mendapatkan perhatian, dukungan dan peran aktif MUI.
"Oleh karena itu, KBL sebagai unit kerja MUI mencerminkan banyaknya agenda, tantangan dan kondisi umat Islam yang perlu disentuh, dibantu, didukung, diperbaiki dan disempurnakan," sambungnya.
Lebih lanjut, Rofiq mengatakan pengurus MUI berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dari Ormas Islam, karena MUI merupakan "Rumah Besar umat Islam Indonesia."
Rofiq menerangkan, dalam keterwakilan Ormas Islam di MUI, tidak hanya bagi para tokoh yang masih menjabat di struktural ormas, tetapi juga melibatkan tokoh kultural ormas Islam.
Selain itu, pengurus MUI berasal dari para akademisi, pondok pesantren dan pejabat pemerintah, serta para profesional berbagai profesi.
Untuk melaksanakan tugas keorganisasian secara baik dan benar, setiap pengurus baru MUI wajib menandatangani Pakta Integritas dan Pengkhidmatan.
"Pada pokoknya yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai Muslim dan Muslimah, melaksanakan tugas keorganisasian secara baik dan benar sesuai dengan amanat yang diberikan kepada yang bersangkutan, juga bersedia dan menerima evaluasi dari pimpinan setiap 6 bulan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Organizing Committee (OC) Orientasi, Buya Pasni Rusli mengatakan sebanyak 52 orang Dewan Pimpinan MUI dan 405 Pimpinan KBL MUI akan mengikuti kegiatan ini secara offline. Sementara 810 orang anggota pengurus MUI akan mengikuti secara online.

2 hours ago
1




































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)






