Khidmat di Sekumpul, Kala Cinta Menyatukan Jutaan Jiwa

11 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di jantung Kota Martapura, Kabupaten Banjar, suasana mendadak berubah menjadi lautan putih. Jutaan manusia dari berbagai penjuru nusantara hingga mancanegara mulai memadati setiap sudut jalan demi satu tujuan mulia: menghadiri haul ke-21 KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang akrab disapa Guru Sekumpul.

Fenomena jutaan orang yang rela bersusah payah menempuh perjalanan jauh dan berdesakan ini bukanlah tanpa alasan. Bagi masyarakat Kalimantan dan pecinta ulama, Guru Sekumpul adalah sosok waliyullah yang karismatik, yang semasa hidupnya tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan akhlak dan keteladanan yang luhur.

Beliau begitu dicintai karena sifatnya yang sangat pemurah, rendah hati, dan selalu menunjukkan kasih sayang kepada siapa pun tanpa memandang status sosial. Kewibawaan dan kelembutan tutur kata beliau mampu merasuk ke dalam relung hati, membuat rindu para jamaah seolah tak pernah padam meski beliau telah lama wafat.

Kerinduan kolektif itulah yang setiap tahunnya menggerakkan jutaan pasang kaki untuk datang ke Sekumpul, meski harus tidur di emperan toko atau berjalan berkilo-kilometer di bawah terik matahari. Mereka datang bukan untuk dunia, melainkan untuk menjemput keberkahan dari sosok ulama yang telah mendedikasikan hidupnya demi syiar Islam yang damai.

Melihat antusiasme massa yang tak terbendung, Polda Kalimantan Selatan pun bergerak cepat untuk memastikan kenyamanan para jamaah. Salah satu langkah nyatanya adalah dengan membuka 17 dapur umum yang tersebar di titik-titik strategis untuk melayani pengajian rutin 5 Rajab 1447 Hijriah ini.

"Dapur umum dioperasikan sejak Jumat (26/12) hingga Senin (29/12) untuk menyediakan konsumsi bagi jamaah termasuk petugas dan relawan," kata Kapolda Kalsel Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan di Martapura, Sabtu (27/12/2025).

Suasana di dapur umum tersebut tampak penuh kehangatan, di mana pengabdian negara berpadu dengan ketulusan warga. Personel Polri bahu-membahu bersama ibu-ibu Bhayangkari dan dibantu oleh para relawan masyarakat yang bekerja tanpa kenal lelah.

Tidak hanya mengandalkan peralatan masak konvensional, teknologi modern pun turut dikerahkan untuk mempercepat pelayanan. Ada empat unit Kendaraan Dapur Lapangan (Randurlap) canggih yang dioperasikan oleh Satuan Brimob sebagai bentuk dukungan langsung dari pimpinan tertinggi Polri.

Bantuan Randurlap tersebut merupakan instruksi dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo untuk memastikan urusan perut jamaah tertangani dengan baik. Selain alat masak, perhatian besar juga diberikan pada kebutuhan dasar yang paling vital, yakni air bersih.

Kapolri turut mengirimkan 10 kendaraan mobile water treatment yang memiliki kemampuan mengolah air menjadi siap minum. Kehadiran teknologi ini menjadi oase di tengah lautan manusia, mengingat ketersediaan air yang higienis sangat krusial dalam acara berskala masif seperti ini.

Dengan jumlah jamaah yang diperkirakan mencapai jutaan orang, aspek pengamanan tentu menjadi tantangan tersendiri. Polda Kalsel menyadari bahwa menjaga ketertiban di tengah massa sebanyak itu memerlukan strategi yang matang dan humanis.

Oleh karena itu, kepolisian menggelar Operasi Kewilayahan khusus dengan sandi "Sekumpul Intan 2025". Operasi ini dirancang agar aliran jamaah tetap tertib dan ritual ibadah dapat berjalan dengan penuh kekhusyukan tanpa gangguan keamanan.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 3.099 personel gabungan diterjunkan ke lapangan. Kekuatan ini merupakan sinergi antara Polri, TNI, serta berbagai instansi terkait dan relawan lokal yang memiliki ikatan emosional kuat dengan acara ini.

Untuk memperkuat barisan, Polda Kalsel juga mendapatkan dukungan personel tambahan dari pusat. Sebanyak 300 personel Brimob Mabes Polri didatangkan khusus untuk membantu kelancaran acara di Martapura.

Kerja sama lintas wilayah pun terlihat dengan hadirnya 350 personel bantuan dari Polda Kalimantan Tengah. Semangat gotong royong antarprovinsi ini menunjukkan betapa pentingnya peristiwa religi ini di mata masyarakat Kalimantan secara luas.

Petugas di lapangan tidak hanya berjaga, tetapi juga memberikan edukasi dan bantuan arah bagi jamaah yang kebingungan di tengah padatnya lokasi. Kehadiran mereka diharapkan memberikan rasa aman, sejalan dengan semangat pengabdian yang diajarkan oleh Guru Sekumpul.

Melalui sinergi dapur umum, pasokan air bersih, dan pengamanan yang ketat, negara hadir untuk memuliakan para tamu ulama. Di Sekumpul, semua elemen menyatu dalam satu ikatan cinta yang sama: cinta kepada guru, cinta kepada sesama, dan cinta kepada kedamaian.

sumber : Antara

Read Entire Article
Food |