Pengunjung memilah beras SPHP di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (9/10/2023). Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengambil kebijakan pembatasan pembelian beras jenis Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan jumlah maksimal sebanyak 10 kilogram per orang di pasar retail modern. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mencegah modus oplos beras oleh oknum karena beras jenis SPHP memiliki kualitas baik dengan harga terjangkau.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kuartal II 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,12 persen secara year on year (yoy), dengan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga nyaris mencapai 5 persen.
“Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB (produk domestik bruto) adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 54,25 persen. Pada triwulan II 2025, komponen ini tumbuh cukup kuat yaitu 4,97 persen, hal ini mengindikasikan masih kuatnya permintaan domestik,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh. Edy Mahmud dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II 2025, Selasa (5/8/2025).
Sebagai perbandingan, pada kuartal I 2025, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,87 persen, melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 4,91 persen. Padahal pada kuartal I 2025, ada momen Idulfitri 1446 Hijriyah/2025 Masehi.
“Dilihat dari sumber pertumbuhan pada triwulan II 2025, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan terbesar yakni 2,64 persen dari 5,12 persen pada pertumbuhan ekonomi triwulan II,” terangnya.
Edy mengatakan, pertumbuhan komponen rumah tangga pada periode kuartal II 2025 terjadi seiring dengan tingginya belanja masyarakat terhadap kebutuhan primer. Selain itu juga, dipengaruhi meningkatnya mobilitas masyarakat di momen-momen libur.
“Konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya belanja kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga. Kebutuhan bahan makanan dan makanan menjadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan nasional dan hari libur sekolah. Tercatat, libur hari besar nasional ada Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Idul Adha,” jelasnya.
“Mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran,” tambahnya.