Pentaskan Joko Tarub, Pimpinan Ketoprak Diperiksa Polisi

4 hours ago 3
Kisah Joko Tarub yang hidup di Grobogan menjadi lakon ketoprak yang disukai di masa lalu. Lalu mengapa setelah pentas di Salatiga, ada pimpinan ketoprak yang diperiksa polisi? Sumber: priyantono oemar

Kisah Joko Tarub menjadi lakon ketoprak yang disukai pada masa penjajahan Belanda. Bahkan, di Bandung pernah dada pentas ketoprak dari Jawa Tengah untuk membawakan lakon Joko Tarub, pada 1928.

Pentas di Salatiga, membuat pemiliki grup seni ketoprak yang berpentas di sana diperiksa polisi. “Tuan Kho Bian An, pimpinan sanggar ketoprak, diperiksa polisi setelah sebuah lakon Joko Tarub dipentaskan di Tugu (Salatiga),” tulis De Indische Courant 12 September 1929.

Joko Tarub merupakan cerita rakyat dari Jawa Tengah. Ia diceritakan beristrikan bidadari yang turun dari Kahyangan, yang kemudian memiliki menantu Bondan Kejawan, putra Raja Majapahit yang dibuang ke Desa Tarub, kini di wilayah Kabupaten Grobogan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bondan Kejawan dinikahkan dengan Nawangsih, anak Joko Tarub dengan Nawangwulan, sang bidadari. Raja-raja Mataram, yang kemudian pecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta, disebut oleh Babad Tanah Jawi sebagai keturunan dari Bondan Kejawan.

Pentas ketoprak di Bandung dengan lakon Joko Tarub yang dibawakan oleh perkumpulan ketoprak Mardiharjo, menurut De Locomotief, menarik minat. Tempat pentas dipenuhi oleh penonton.

Padahal, kata De Locomotief edisi 18 April 1928, “Pertunjukannya menggunakan bahasa Jawa.” Berarti sudah cukup banyak orang Jawa tinggal di Bandung.

Bagaimana kisah Joko Tarub dengan bidadari Nawangwulan. Koran Belanda, Nieuwe Apeldoornsche Courant, menampilkan tafsiran kisah Joko Tarub secara bersambung pada edisi 20 Juni 1931 dan 27 Juni 1931.

Koran itu mengambil kisah Joko Tarub dari cerita rakyat masyarakat Tengger, Jawa Timur, yang ditulis sebagai Jogo Tarup. Di Tengger, laki-laki berpantang ikut campur urusan dapur, seperti halnya yang dipantangkan oleh Nawangwulan kepada Joko Tarub.

Bagaimana Nawangwulan bisa diperistri oleh Joko Tarub? Koran itu mengisahkan, bahwa Joko Tarub turun ke bumi untuk mengabulkan doa-doa Joko Tarub.

Dua belas bidadari, salah satunya Nawangwulan, turun ke bumi untuk mandi. Joko Tarub mendapat anugerah menyaksikan mereka.

Saat hendak pulang ke Kahyangan, Nawangwulan kebingungan karena ia tak menemukan pakaiannya. Atas bujuk rayu dan tipu daya Joko Tarub, ia kemudian bersedia tinggal di bumi dan menjadi istri Joko Tarub.

Di kehidupan Joko Tarub kemudian, kehadiran Nawangwulan membawa berkah. Ia mahir mengurus rumah tangga, sehingga padi di Lumbung tak ada habis-habisnya.

Rupanya, Nawangwulan menggunakan kekuatan supranaturanya sebagai makhluk surgawi, bisa membuat beras satu butir ketika dimasak mencukup kebutuhan makan sekeluarga. Joko Tarub terperanjat ketika mengetahui hanya sebutir beras yang dimasak Nawangwulan.

Joko Tarub tahu hal itu ketika Nawangwulan harus meninggalkan dapur karena anaknya menangis. Ia meminta Joko Tarub untuk menjaganya, tetapi melarang Joko Tarub membuka tutup kukusan di dandang yang digunakan untuk memanak nasi itu.

Joko Tarub penasaran, sehingga membuka tutup kukusan. Akibatnya, beras sebutir yang sedang dimasak Nawangwulan itu ya hanya jadi sebutir nasi, tidak seperti sebelum-sebelumnya.

Read Entire Article
Food |