Prabowo Tiap Malam Baca Buku, Kenapa tak Akses AI?

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayangkan sejenak, setiap kali kita membuka sebuah buku, kita tidak hanya membaca deretan kata, tetapi sedang membuka pintu menuju dunia yang tak terbatas.

Buku itu seperti sebuah mesin waktu atau portal ajaib yang bisa membawa kita menjelajahi zaman yang berbeda, bertemu dengan orang-orang hebat, dan memahami pemikiran mereka yang paling dalam.

Mulai dari petualangan seru yang memacu adrenalin, kisah cinta yang mengharukan, sampai misteri yang mengasah otak, semua tersaji di sana. Membaca bukan hanya kegiatan mengisi waktu luang, tapi sebuah perjalanan epik yang bisa kita lakukan kapan saja dan di mana saja, hanya dengan berbekal sebuah buku.

Di tengah gempuran era digital, Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap kebiasaan lamanya yang jarang ditinggalkan: membaca buku setiap hari. Dalam sambutannya di wisuda 521 sarjana Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) di Bandung, Sabtu (18/10/2025), Prabowo bercerita bahwa ia tetap meluangkan waktu dua hingga empat jam setiap malam hanya untuk belajar dan membaca.

“Saya sampai sekarang masih mungkin dua, tiga, empat jam tiap hari saya belajar. Boleh tanya ajudan saya, staf saya. Saya tidur jam berapa? Malam, dua jam paling sedikit saya baca,” ujarnya di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen UKRI.

Kebiasaan membaca ini, kata Prabowo, adalah cara dirinya terus menambah pengetahuan meskipun kini memimpin negara. Ia menyebut membaca sebagai "disiplin belajar seumur hidup" yang membantunya memahami sejarah, strategi, hingga kebijakan publik secara mendalam.

Prabowo juga menyinggung bagaimana generasi muda saat ini memiliki kemudahan luar biasa dalam belajar berkat teknologi. “Sekarang ada alat yang luar biasa untuk anak-anak muda. Ada YouTube, ada internet, bahkan ada ChatGPT. Zaman saya dulu enggak ada yang seperti itu,” ucapnya dengan nada bercanda yang disambut tawa audiens.

Namun, di balik pujian terhadap kemajuan teknologi, Prabowo mengingatkan agar kecanggihan digital tidak membuat generasi muda malas membaca. Menurutnya, kemampuan berpikir kritis dan kedalaman wawasan tidak bisa dibangun hanya dengan menonton video singkat atau membaca ringkasan di media sosial.

sumber : Antara

Read Entire Article
Food |