Pekerja mengambil telur ayam yang akan digunakan untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bogor Tamansari Sukamantri di Jimmy Hantu Foundation, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025). SPPG Bogor Tamansari Sukamantri yang dikelola oleh Sujimin atau Jimmy Hantu menerapkan konsep zero waste dengan mengolah seluruh sisa makanan SPPG agar kembali memberikan nilai manfaat bagi ekosistem. Konsep zero waste di SPPG ini tidak hanya menekan sampah makanan secara drastis, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara kreatif melalui pengolahan menjadi pakan maggot, pakan ternak dan bentuk pemanfaatan lainnya sehingga tidak berakhir sebagai sampah. Model ekonomi sirkular ini sejalan dengan visi Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menghadirkan SPPG yang lebih efisien, mandiri, dan berkelanjutan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan pasokan telur ayam nasional berada dalam kondisi surplus. Kondisi tersebut dinilai tidak memberi alasan bagi harga telur untuk bertahan tinggi di tingkat konsumen. Pemerintah meminta pedagang kembali mematuhi harga acuan agar stabilitas harga terjaga, terutama menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menilai kenaikan harga telur di sejumlah titik lebih dipicu perilaku jual di tingkat hilir, bukan persoalan produksi maupun ketersediaan. Indonesia telah swasembada telur dengan pasokan nasional dinilai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Telur itu sangat banyak. Jadi stok telur banyak, tinggal kita menghimbau, mengarahkan, dan mengingatkan pedagang agar kembali ke harga acuan,” kata Ketut di Jakarta, Rabu (24/12/2025).
Pemerintah mendorong penyesuaian harga di pasar ritel dan pasar tradisional agar kembali ke batas acuan maksimal Rp30.000 per kilogram. Bapanas mengingatkan pelaku usaha agar tidak memanfaatkan momentum permintaan musiman untuk menaikkan harga di luar ketentuan.
Ketut menambahkan, posisi pasokan telur nasional aman bahkan melampaui kebutuhan, termasuk untuk periode konsumsi tinggi. Kondisi tersebut juga dinilai cukup kuat untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya.
“Kalau secara nasional banyak, artinya sangat memenuhi kebutuhan nasional. Lewat Ramadan juga aman karena kita surplus,” ujarnya.
Bapanas mencermati kenaikan harga yang terjadi lebih berkaitan dengan peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru serta sedikit pengaruh dari program makan bergizi gratis. Di tingkat peternak, harga telur dinilai masih berada di kisaran Rp22.000 hingga Rp25.000 per kilogram sehingga ruang bagi pedagang untuk menjual sesuai harga acuan tetap terbuka.
“Di peternak tetap di rentang Rp22.000, Rp23.000 sampai Rp25.000. Artinya mestinya pedagang masih bisa menjual dengan angka Rp30.000,” ucap Ketut.
Pemerintah bersama Satgas Pangan terus melakukan pemantauan lapangan dan pembinaan agar harga telur kembali seragam sesuai ketentuan. Bapanas juga mengimbau masyarakat berbelanja secara wajar tanpa perlu melakukan penumpukan karena pasokan dipastikan aman.

3 hours ago
4



































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)









