Laporan A Syalaby Ichsan dari Bener Meriah, Aceh
REPUBLIKA.CO.ID, ACEH – Warga di sekitar Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah mengungkapkan, gas elpiji bersubsidi 3 kilogram masih terbilang mahal dan langka. Sebagian warga terpaksa memasak menggunakan kayu bakar.
Seorang warga, Evy Kasih (30 tahun), menjelaskan, gas melon tersebut kini dibanderol senilai Rp 60.000 di pasaran. Evy yang merupakan pegawai toko kelontong di Pasar Pagi Bawah, Takengon, tersebut mengatakan, harga gas melon sudah turun. Pada masa awal bencana, kata dia, harganya bisa mencapai Rp 180.000-Rp 200.000.
"Kami juga sebelum bencana jual gas pak. Cuma sekarang gak lagi. Tak ada barang," kata warga Asir Asir Atas, Buntul Juri, Kabupaten Bener Meriah tersebut saat berbincang dengan Republika, Sabtu (27/12/2025).
Pekan lalu, Evy menjelaskan, ada titik-titik distribusi gas melon di beberapa posko di Bener Meriah. Gas tersebut dijual dengan harga normal senilai Rp 25.000. Hanya saja, Evy mengatakan, jatah gas yang dikurangi dari 1.500 hingga 500 tabung gas per dusun membuat dia tak bisa mendapatkan gas tersebut. "Padahal kami sudah antre dari jam tujuh pagi. Sekarang kami harus memasak dengan kayu bakar,"ujar dia.
Nuraeni, salah seorang penjual gas elpiji eceran di pinggir jalan setelah jembatan Kamp di Simpang KKA (Kertas Kraft Aceh), Bener Meriah, menjelaskan, dia berjualan gas tersebut seharga Rp 50.000. Nuraeni yang menggunakan mobil carry untuk berdagang mengatakan, dia sudah berjualan gas elpiji sejak pekan lalu.
Menurut Nuraeni, warga dari daerah Buntul dan Pondok Baru (Kabupaten Bener Meriah) yang kesulitan akses terhadap gas kerap datang ke daerah Kamp Simpang KKA untuk mencari gas mengingat terjadi kelangkaan sejak bencana.
Keterangan Nurhasanah, warga Bener Meriah soal kondisi ketersediaan gas elpiji di wilayah itu, Sabtu (28/12/2025).
Pantauan Republika pada Jumat (26/12/2025), sekitar lima truk Pertamina membawa gas bantuan elpiji tiga kilogram harus mengantre untuk melalui jembatan di daerah Simpang KKA. Pengerjaan jalan yang sedang berlangsung ditambah beberapa kendaraan pribadi yang terjebak lumpur membuat antrean sulit terurai. Pengerjaan yang sudah berlangsung selama dua hari ini oleh aparat TNI dan petugas PU terus dilakukan mengingat jembatan tersebut menjadi akses logistik tercepat untuk membawa barang dari arah Sumatera Utara.
Beberapa warga yang diwawancarai Republika mengungkapkan, mereka sudah menunggu selama dua hari untuk melalui antrean tersebut. Pantauan Republika, petugas memprioritaskan akses kepada truk-truk logistik terutama energi dan bantuan pangan untuk melalui jembatan tersebut. Selepas Isya, jembatan itu pun perlahan bisa dilalui.

8 hours ago
5








































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)






