Tingkatkan Kualitas Pupuk Organik, Unisba Kembangkan Teknologi Granulator

7 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sampah organik masih menjadi persoalan besar di berbagai daerah. Terutama, karena kapasitas pengelolaan yang semakin terbatas sementara volume sampah terus meningkat. Padahal, komposisi sampah organik baik food waste maupun sampah taman, mencapai sekitar 50 persen dari total timbulan sampah. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik yang menumpuk dapat mencemari lingkungan dan memicu emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui pelepasan gas metana.

Menurut Ketua Tim Riset Universitas Islam Bandung (Unisba), Dr. Ir. Mohammad Satori, S.T., M.T, sampah organik sebenarnya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber daya. “Selama ini masyarakat sudah mengolah sampah organik menjadi kompos, namun kandungan nutrisinya belum bisa disetarakan dengan pupuk organik,” ujar Dr Satori, akhir pekan ini.

Menurutnya, melalui inovasi teknologi granulator, kompos yang telah diperkaya nutrisi tertentu dapat diolah lebih lanjut menjadi granul organik dengan kualitas setara pupuk organik.

Riset ini merupakan bagian dari program Hilirisasi Riset Prioritas dan Strategis (SINERGI) 2025 yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Program tersebut mendorong pemanfaatan hasil riset perguruan tinggi melalui kerja sama berkelanjutan dengan mitra.

Tim riset Unisba yang dipimpin Dr. Satori melibatkan dosen dan mahasiswa lintas disiplin, di antaranya Prof. Dr. Atih Rohaeti Dariah, S.E., M.Si.; Chaznini R. Muhammad, Ir., M.T.; Anis Septiani, S.T., M.T.; Intan Nurrachmi, S.H.I., M.E.Sy.; Dr. Rahma Dewi, S.T., MIL; Muhammad Rizki Maulana; Riyadh Athif Syauqi; dan Amelia Fadlunnisa. Penelitian ini juga bermitra dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat dan berlokasi di TPS 3R Saung Bersih, kompleks perkantoran Kabupaten Bandung Barat.

Dr Satori menjelaskan, penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem produksi granul organik berbasis teknologi granulator terintegrasi (integrated granulation). Sistem yang dihasilkan terdiri dari screw conveyor, mixer, peletizer, dan granulator yang dirancang dalam satu mesin terintegrasi.

“Mesin ini kami kembangkan menggunakan metode reverse engineering dengan mempelajari teknologi yang sudah ada, kemudian kami tingkatkan produktivitas dan keseragamannya,” katanya.

Berdasarkan uji coba, mesin tersebut mampu menghasilkan butiran granul yang lebih seragam dibandingkan teknologi sebelumnya. Setelah dilakukan pengujian laboratorium, granul organik yang diproduksi telah memenuhi standar SNI No. 7763:2024.

Dr Satori menegaskan bahwa inovasi ini memiliki kontribusi strategis. “Dengan kualitas yang sudah sesuai standar, teknologi ini dapat mendukung ketahanan pangan nasional sejalan dengan Asta Cita Pemerintah,” katanya.

Penelitian ini diharapkan menjadi langkah penting dalam pengelolaan sampah organik. Sekaligus, penguatan ekosistem pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna.

Read Entire Article
Food |