REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri otomotif nasional masih menghadapi tekanan menjelang akhir tahun. Di tengah tren penurunan penjualan, pelaku industri berharap pasar domestik mampu bangkit agar Indonesia tetap mempertahankan posisinya sebagai pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyampaikan harapan agar penjualan mobil nasional hingga akhir tahun dapat mendekati 800 ribu unit. “Ya mungkin diusahakan close di 800 (ribu) ya. Kalau close 800 (ribu), mahkotanya (penjualan mobil terbanyak di Asia Tenggara) bisa diambil Malaysia,” ujarnya dalam keterangannya yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Menurut Bob, capaian tersebut memiliki arti strategis, bukan hanya dari sisi prestise kawasan, tetapi juga bagi keberlangsungan ekosistem industri otomotif di dalam negeri. Ia menilai, jika penjualan mobil baru di Indonesia kalah dari Malaysia, hal itu berpotensi memengaruhi arah investasi otomotif yang selama ini menjadikan Indonesia sebagai basis produksi utama.
"Investasi bisa pindah ke sana," kata dia.
Sepanjang Januari hingga November 2025, kinerja penjualan mobil nasional memang masih berada di bawah capaian tahun sebelumnya. Data wholesales mencatat total penjualan 710.084 unit, turun 9,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang mencapai 785.917 unit. Penjualan ritel juga mengalami penurunan, dengan total 739.977 unit, lebih rendah dibandingkan 807.586 unit pada Januari–November tahun lalu.
Bob menilai, kondisi tersebut tidak terlepas dari melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan permintaan kendaraan baru. Ia berpandangan, pengalaman beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa stimulus fiskal mampu mendorong kebangkitan pasar otomotif sekaligus menggerakkan roda ekonomi.
“PPN itu demand creation, itu otomatis mengguyur likuiditas ke masyarakat,” kata Bob, menyinggung efektivitas kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang diterapkan pemerintah pada 2021.
Ia menjelaskan, kebijakan insentif serupa juga diterapkan di sejumlah negara di kawasan, seperti Vietnam dan Malaysia. Penurunan pajak konsumsi di negara-negara tersebut dinilai mampu menjaga daya beli masyarakat dan memberikan dorongan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi secara makro.
Bob menambahkan, jika perekonomian bergerak positif melalui stimulus yang tepat sasaran, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh industri otomotif. Aktivitas ekonomi yang meningkat, menurutnya, juga akan bermuara pada penguatan penerimaan negara.
“Itu yang kita harapkan, karena kalau misalnya ekonomi meningkat, maka revenue pemerintah juga naik,” ujarnya.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) di awal tahun menargetkan penjualan 850 mobil. Namun belakangan, target tersebut direvisi menjadi 780 unit mempertimbangkan market yang lesu.
sumber : Antara

3 hours ago
4



































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344879/original/037827700_1757495713-Kota_Semarang.jpg)









