Dua Tahun Didera Perang, 300 Ribu Anak di Gaza akan Mulai Kembali Bersekolah

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Setelah dua tahun perang, sekitar 300 ribu anak-anak Palestina di Jalur Gaza dijadwalkan mulai kembali bersekolah pada Sabtu (18/10/2025). Proses tersebut akan difasilitas Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Penasihat media UNRWA, Adnan Abu Hasna, mengungkapkan, lembaganya sudah menetapkan rencana untuk melanjutkan pendidikan bagi 300 ribu siswa Palestina yang aktivitas pendidikannya difasilitasi UNRWA. "Jumlah ini kemungkinan akan meningkat," ujar Abu Hasna, dikutip laman Middle East Monitor.

Dia menerangkan, sebanyak 10 ribu siswa akan menghadiri kelas tatap muka di sekolah dan tempat penampungan. Sementara sebagian besar lainnya bakal menerima pembelajaran jarak jauh. "Sebab sangat tidak mungkin untuk menjalani dua tahun tanpa sekolah, didahului oleh dua tahun (pandemi) Corona," katanya.

Abu Hasna mengungkapkan, sebanyak 8.000 guru akan mengambil bagian dalam program tersebut. Proses pendidikan di Gaza telah dihentikan sejak 8 Oktober 2023, menyusul dimulainya agresi dan genosida Israel di wilayah tersebut.

Sejak pecahnya pertempuran, sebagian besar sekolah UNRWA dan sekolah pemerintah di Gaza dialihfungsikan menjadi tempat penampungan bagi keluarga-keluarga pengungsi. Sementara banyak sekolah lainnya hancur atau rusak parah akibat agresi Israel.

Menurut data Kementerian Pendidikan Palestina per 16 September 2025, Israel telah menghancurkan 172 sekolah pemerintah, mengebom atau merusak 118 sekolah lainnya, dan menyerang lebih dari 100 sekolah yang dikelola UNRWA di Gaza.

Kementerian Pendidikan Palestina turut menyampaikan bahwa 17.711 siswa telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya genosida Israel. Sementara 25.897 sisea lainnya terluka. Tak hanya murid, agresi Israel ke Gaza juga menyebabkan 763 pegawai sektor pendidikan terbunuh dan 3.189 lainnya terluka.

Abu Hasna mengecam Israel yang masih berusaha mencegat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. "Banyak kebutuhan dasar, termasuk bahan-bahan tempat tinggal, selimut, pakaian musim dingin, dan obat-obatan, tidak diizinkan masuk ke Gaza dari pihak Israel, sehingga memperburuk situasi kemanusiaan," ujarnya.

Ia memperingatkan bahwa 95 persen penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan kemanusiaan. Sebab sumber penghidupan mereka telah lenyap seiring agresi tanpa henti Israel selama dua tahun terakhir.

"Ratusan ribu orang terlantar tinggal di tempat terbuka setelah kembali ke Kota Gaza menyusul berlakunya gencatan senjata pada 10 Oktober. Membawa bantuan telah menjadi kebutuhan mendesak sebelum musim dingin," kata Abu Hasna.

Sejak Oktober 2023, agresi Israel telah membunuh hampir 68 ribu warga Palestina di Gaza. Sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak.

Read Entire Article
Food |