REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara resmi meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) di Yogyakarta, Rabu (25/6/2025). Peluncuran ini merupakan buah dari kajian mendalam Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, yang telah memutuskan untuk mengadopsi KHGT pada Musyawarah Nasional ke-32 Februari 2024.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr Hamim Ilyas, menjelaskan bahwa penerapan KHGT bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi. KHGT dibentuk berdasarkan hasil muktamar Turki 2016 yang dinilai syar'i dan saintifik.
"Dalam perspektif Muhammadiyah, KHGT ini diterapkan untuk mewujudkan kesejahteraan material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi berupa ketersediaan kalender yang pasti, universal, dan berlaku lama. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian waktu, untuk melaksanakan ibadah dan melakukan transaksi," kata Dr Hamim.
Dr Hamim menambahkan kajian dan putusan Majelis Tarjih dan Tajdid berlandaskan pada paham agama yang dianut Muhammadiyah, yang mendefinisikan Islam sebagai Mā anzalallāhu fil-Qur'āni wa mā jā'at bihi sunnatun ṣaḥīḥatun minal-awāmiri wan-nawāhī wal-irsyādāti liṣalāḥil-'ibādi dunyāhum wa ukhrāhum. Definisi ini menekankan fungsi Islam untuk mewujudkan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.
KHGT berkhidmat untuk umat dan peradaban global
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyebut peluncuran KHGT sebagai hari yang sangat penting dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah. Ia menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bentuk khidmat Muhammadiyah bagi kepentingan dunia Islam secara khusus, dan peradaban umat manusia secara umum, khususnya dalam memasuki era pascamodern.
"Hari ini adalah hari yang sangat penting dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah, untuk berkhidmat bagi kepentingan dunia Islam khususnya dan secara global pada umumnya, serta bagi peradaban umat manusia dalam memasuki era baru ke depan, sebagai era pascamodern," kata Prof Haedar.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, termasuk panitia dari PP Muhammadiyah, sekretariat, Majelis Tarjih, dan Universitas Aisyiyah (UNISA), serta instansi pemerintah seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, dan pemerintah pusat.
Prof Haedar menjelaskan bahwa upaya Muhammadiyah menghadirkan KHGT dari perspektif universal adalah untuk menegaskan peran dan posisinya dalam kehidupan umat Islam dan umat manusia di tengah konstelasi globalisasi, di mana relasi interkoneksi menjadi niscaya.
"Syukur nanti sampai ke tingkat dunia, yakni sederhana saja, satu hari satu tanggal untuk semua kawasan dunia Islam. Bisakah kita ber-ukhuwah?" harap Prof Haedar.
Ia mengakui bahwa proses untuk mencapai kesepakatan global mungkin akan memakan waktu yang lama, bahkan bisa satu abad. Namun, Prof Haedar menegaskan kesabaran Muhammadiyah dalam menanti terwujudnya tujuan tersebut.
"Gagasan ini seperti disampaikan oleh Dr Hamim, sudah dirintis dalam pandangan perorangan. Tetapi Muhammadiyah, sebagai kekuatan besar dari organisasi Islam modern, ingin menghadirkan itu dengan rendah hati, kami terbuka untuk berdialog. Saya yakin Kalender Hijriah Global Tunggal ini juga punya kelemahan, kekurangan. Tetapi saya juga yakin dan kita sudah merasakan sistem lain juga ada kekurangan. Mari kita duduk bersama, tetapi tujuannya adalah Kalender Hijriah Global Tunggal," ujarnya.