REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Tentara dan pemukim Israel telah meningkatkan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat dalam beberapa hari terakhir. Hal ini menandai eskalasi dan aksi pembersihan etnis di wilayah itu yang jarang disoroti belakangan.
Yang terkini, PBB telah memperingatkan bahwa tentara Israel berupaya mengusir 12 komunitas di Masafer Yatta, di perbukitan selatan Hebron di Area C. Israel mencoba untuk membenarkan pengusiran ini karena wilayah tersebut adalah “zona militer”, dan oleh karena itu, diperlukan untuk pelatihan militer – sebuah dalih yang digunakan untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka selama beberapa dekade.
Pada 25 Juni, sekitar 100 pemukim Israel yang bersenjata lengkap menyerang warga Palestina di desa Kfar Malik, menewaskan tiga orang. Para pemukim dilaporkan mencoba membakar rumah-rumah hingga rata dengan tanah ketika warga Palestina keluar untuk mencoba menghentikan mereka.
Di desa tetangga Taybeh, pemukim membakar mobil hingga menjadi abu, seperti yang terlihat dalam video yang diperoleh B’Tselem, sebuah kelompok hak asasi manusia Israel yang memantau pelanggaran terhadap warga Palestina.
Aljazirah melansir, sejak 7 Oktober 2023, Israel meningkatkan kekerasannya di Tepi Barat yang diduduki, menewaskan 1.000 warga Palestina. Ketika perhatian dunia tertuju pada genosida Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 56.331 orang dan membuat hampir seluruh penduduk yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi, Israel meningkatkan serangan kekerasannya di Tepi Barat, serta diam ketika pemukim Israel menyerang dan membunuh penduduk desa Palestina.
Korban terbaru adalah Samer Bassam al-Zagharneh, seorang pemuda yang ditembak oleh tentara Israel pada 1 Juli. Menurut kantor berita WAFA, al-Zagharneh dibunuh di dekat tembok pemisah, yang mulai dibangun Israel pada tahun 2002 untuk memisahkan Yerusalem dari wilayah Tepi Barat lainnya dan melintasi komunitas Palestina dan ladang pertanian.
Pasukan Israel dan pemukim Israel dari pemukiman ilegal yang mencekik Tepi Barat. Para pemukim melancarkan serangan mendadak dan penuh kekerasan di kota-kota, membakar properti, menyerang orang, dan mencoba mengusir mereka dari rumah mereka.
Pada saat yang sama, pasukan keamanan telah mengepung kamp-kamp pengungsi dan menggerebeknya tanpa henti, sehingga mengusir lebih banyak orang dari rumah mereka dan tidak mengizinkan mereka untuk kembali.
Banyak pemukim juga diberikan senjata semi-otomatis dan “diintegrasikan” ke dalam pasukan Israel di Tepi Barat, sebagai kompensasi atas seluruh personel yang dikerahkan untuk melakukan perang di Gaza. Hal ini telah mengaburkan batas antara pasukan keamanan dan pemukim, sehingga memberdayakan pemukim untuk meningkatkan kekerasan terhadap warga Palestina.